Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) sudah beroperasi sejak pertengahan Februari 2021. Sovereign wealth fund (SWF) Indonesia ini menjadi peluang pembiayaan proyek infrastruktur dalam negeri lebih besar.
Untuk jangka pendek dan menengah, LPI akan fokus pada investasi di bidang infrastruktur, yakni jalan tol, bandara dan pelabuhan. Presiden Joko Widodo pun optimistis potensi modal asing yang mengalir melalui LPI mencapai US$ 20 miliar dalam 1-2 bulan sejak beroperasi. Bagaimana BUMN karya memanfaatkan potensi ini?
PT Jasa Marga Tbk (JSMR) bakal memanfaatkan pendanaan dari LPI dengan mengikutsertakan beberapa ruas tolnya. "Target kami tahun ini dua sampai tiga tol dengan indikasi proceed Rp 1,5 triliun hingga Rp 3 triliun," ujar Direktur Keuangan Jasa Marga Doni Arsal webinar bertajuk "Siapkah BUMN Infrastruktur Optimalkan Dana LPI" yang diselenggarakan Forum Wartawan BUMN di Jakarta, Senin (8/3).
Meski begitu, Doni belum bisa memastikan ruas tol mana yang ditargetkan bisa dilepas tahun ini karena perlu mempertimbangkan risiko (risk appetite) yang bisa diterima investor. Saat ini pihaknya tengah berdiskusi secara intensif dengan pemerintah dan tim SWF terkait ruas tol mana yang berpotensi masuk dalam portofolio SWF.
Setidaknya, sudah ada sembilan ruas jalan tol milik Jasa Marga yang berpotensi masuk dalam portofolio SWF. Ruas tol tersebut di antaranya Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 61,7 kilometer (km) dengan kepemilikan 55% dan Jakarta Cikampek II Elevated sepanjang 36,4 km dengan kepemilikan 80%.
Kemudian ruas tol Semarang-Batang sepanjang 75 km dengan kepemilikan 40%, Gempol-Pandaan sepanjang 13,6 km dengan kepemilikan 40%, dan ruas Pandaan-Malang sepanjang 38,9 km dengan kepemilikan 60%.
Ruas tol lainnya, kata Doni, Gempol-Pasuruan sepanjang 34,2 km dengan kepemilikan 99% dan Balikpapan-Samarinda sepanjang 98,9 km dengan kepemilikan 67%. Lalu, Manado-Bitung sepanjang 39,9 km dengan kepemilikan 65% dan Bali Mandara sepanjang 9,7 km dengan kepemilikan 65%.
Jasa Marga sebenarnya memiliki 21 aset yang siap menampung dana dari LPI. Sebanyak 18 di antaranya masuk dalam tahapan brown field. Maksudnya, proyek ini menghilangkan risiko pembebasan lahan dan konstruksi.
Doni menyambut baik rencana SWF Indonesia, karena bisa menjadi alternatif pendanaan bagi Jasa Marga. "Dalam melakukan divestasi untuk membantu Jasa Marga mencapai stabilitas finansial dalam jangka panjang," katanya.
Menurutnya, SWF memiliki empat manfaat. Pertama, meningkat likuiditas perusahaan dengan adanya aliran dana masuk. Kedua, alternatif pendanaan dari sisi ekuitas.
Ketiga, memperbaiki struktur permodalan Jasa Marga, karena ada ekuitas yang masuk. Keempat, dengan adanya asset recycling yang penjualannya dilakukan di atas nilai buku, maka kinerja perusahaan akan meningkat.
Sementara, Direktur Keuangan PT Waskita Karya Tbk Taufik Hendra Kusuma mengatakan kehadiran SWF akan membantu BUMN pengembang infrastruktur melakukan divestasi (asset recycle). SWF berperan sebagai investor yang akan mengambil alih proyek investasi yang telah beroperasi seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan yang dimiliki BUMN.
"Dengan begitu BUMN akan kembali memiliki kapasitas baru khususnya keuangan untuk mendanai pembangunan proyek infrastruktur lainnya," ujar Taufik.
Bentuk kerja sama yang diharapkan dari SWF adalah dalam bentuk pelepasan saham jalan tol yang dimiliki anak usaha Waskita yaitu PT Waskita Toll Road. Saat ini Waskita memiliki 17 ruas tol di Pulau Jawa dan Sumatera. Dari total tersebut, 12 ruas di antaranya telah beroperasi.
Sejak akhir tahun lalu, manajemen Waskita telah melakukan diskusi intensif secara informal dengan tim dari INA. Waskita berharap proses ini segera berlanjut ke tahap berikutnya dan transaksi divestasi beberapa ruas tol kepada INA dapat terlaksana di semester 2 tahun ini.
Taufik menyampaikan skema divestasi yang diharapkan adalah skema jual beli tunai. Selain itu, lanjut Taufik, saat ini pemerintah sedang fokus untuk meningkatkan pembangunan bendungan dan infrastruktur air di Indonesia.
PT Hutama Karya (Persero) juga menyambut positif pembentukan LPI yang memiliki kapasitas keuangan yang besar. LPI dapat menjadi salah satu alternatif solusi pembiayaan dalam menyelesaikan penugasan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Plt EVP of Corporate Secretary Hutama Karya Tjahjo Purnomo berharap kehadiran LPI akan meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia khususnya di Pulau Sumatera. Hutama Karya telah mengoperasikan dua ruas tol di Jakarta dan tujuh ruas tol di Pulau Sumatera dengan tingkat pengembalian investasi (IRR) yang positif serta lalu lintas harian yang baik.
Dia mengatakan Hutama Karya siap untuk menawarkan sejumlah ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang dikelola kepada LPI. Skema yang ditawarkan dalam bentuk divestasi atau pengalihan konsesi untuk jangka waktu tertentu.
"Dana yang diperoleh akan digunakan untuk membangun ruas tol baru di Sumatera," kata Tjahjo.