Startup pusat data berbasis di Singapura, Digital Edge membeli perusahaan Indonesia PT Indointernet Tbk (Indonet) seharga US$ 165 juta (Rp 2,36 triliun), dilansir dari Tech In Asia, Selasa (15/6). Digital Edge Holdings mengumumkan bahwa proses akuisisi emiten dengan kode saham EDGE tersebut dilakukan melalui anak perusahaanya di Hong Kong yakni Digital Edge.
Pendiri dan Presiden Komisaris Indonet Otto Toto Sugiri diketahui menjual lebih dari 90 juta atau 57% sahamnya, dengan nilai transaksinya mencapai Rp 946,88 miliar atau sekitar US$ 66,5 juta. Dengan begitu, Otto hanya menguasai 16,56% atau 66,86 juta saham EDGE saat ini.
Melansir keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (14/6), manajemen Indonet menjelaskan transaksi pembelian saham dilakukan pada 11 Juni 2021. Kini, Digital Edge menguasai 59,1% atau 238,7 juta saham EDGE.
Beberapa investor ritel tercatat melakukan penjualan saham Indonet di harga Rp 10.495 per saham pada 11 Juni 2021. Selain Otto, ada Han Arming Hanafia yang menjual 40,58 juta unit saham dan saat ini tersisa 30,09 juta atau setara 7,45%. Lalu, Bing Moniaga juga melakukan penjualan sebanyak 35,11 juta unit saham sehingga tersisa 26,04 juta atau 6,44%.
"Digital Edge merupakan pengendali baru atas Indointernet," kata Sekretaris Perusahaan Indonet Donauly E Situmorang diketerbukaan informasi kemarin.
Structure Research memprediksi, pasar data center di Jakarta akan mencapai US$ 635 juta di 2025. Hal tersebut didukung perkembangan ekonomi digital yang berkembang pesat, percepatan perusahaan dalam mengadopsi cloud (server dan pusat data), serta munculnya lebih banyak startup.
Dalam keterangan resmi sebelumnya dijelaskan, Toto tetap menjadi salah satu pemegang saham EDGE dan berperan aktif sebagai Komisaris Utama Indonet. Menurut dia, Digital Edge memiliki pengetahuan global mengenai industri data center, hubungan baik dengan pelanggan regional maupun global, serta akses pendanaan kuat didukung private equity global dari Stonepeak Infrastructure Partners.
“Bersama Digital Edge, Indonesia berada di posisi terbaik untuk memberdayakan pertumbuhan pasar data dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Kami tengah merencanakan proyek ekspansi data center selanjutnya,” kata Toto beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Indonet Djarot Soebiantoro mengatakan, masuknya Digital Edge sebagai investor strategis sejalan dengan fokus layanan yang sedang dikembangkan EDGE Data Center. Indonet dan Digital Edge juga dapat berkolaborasi dalam memperluas database pelanggan. “Network Digital Edge dengan pelanggan global tentu akan sangat bernilai bagi pertumbuhan bisnis Indonet,” kata Djarot.
Edge Data Center memiliki peran penting di era teknologi dan industri 4.0 saat ini, sebagai sebuah solusi pemrosesan data yang mampu membantu pelanggan untuk mengatasi masalah latensi, tantangan operasional dan keamanan. Laporan dari Gartner pada awal 2021 memperkirakan bahwa 75 persen data perusahaan diharapkan dibuat dan diproses di Edge Data Center pada 2025. Hal itu sejalan dengan laporan Analysys Mason pada 2019 yang menunjukkan bahwa perusahaan akan mengalokasikan rata-rata 30 persen dari anggaran IT mereka untuk edge computing selama tiga tahun ke depan.
Samuel Lee, Chief Executive Officer Digital Edge mengakui Indonesia sebagai salah satu pasar data dengan peningkatan yang baik untuk perkembangan Edge Data Center. Berkembang pesat, percepatan adopsi cloud dan kesuksesan perusahaan startup dengan enam unicorn di Indonesia akan mendorong permintaan layanan colocation dan pertumbuhan Edge Data Center.
Didirikan pada 1994, Indonet merupakan penyedia jasa internet komersial pertama di Indonesia. Perusahaan telah melakukan transformasi menjadi digital business enabler dengan menyediakan layanan infrastruktur digital seperti multi konektivitas, data center, dan cloud.
Saat ini Indonet tengah fokus mengembangkan layanan HyperScale ConneX (HSX) dan EDGE Data Center untuk dapat memberikan solusi multi konektivitas tanpa batas. Tujuannya antar beragam penyedia data center serta cloud yang aman, handal, dan terpercaya.
Digital Edge didirikan oleh tim manajemen senior lebih dari 20 tahun pengalaman di bidang data center dan layanan infrastruktur digital, seperti Equinix, Tata Communication, Facebook. Digital Edge mumpuni dalam hal value creation di industri data center, cloud, dan telekomunikasi di Asia Pasifik. Didukung Stonepeak Infrastructure Partners, private equity dengan fokus pada sektor infrastruktur, Digital Edge memiliki lebih dari US$ 1 miliar komitmen dana untuk mengembangkan bisnis data center di Asia.
Mengutip RTI, pada perdagangan Selasa (15/6) saham EDGE ditutup naik 19,94% ke level Rp 3.0225 per saham. Saham Indonet pertama kali ditawarkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Februari 2021 dengan harga Rp 7.375 per saham dengan nilai emisi seluruhanya mencapai Rp 595,97 miliar. Awal penawaran perdana (IPO), saham EDGE berhasil melonjak 20% ke harga Rp 8.850 per saham dengan total penawaran 80,81 juta saham.