Perusahaan tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membukukan total produksi naik 1.347% di kuartal keempat 2020 menjadi 246 kilogram (kg). Jumlahnya naik signifikan dibandingkan capaian produksi kuartal pertama tahun lalu yang hanya 17 kg.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRMS disampaikan, produksi dore bullions (emas batang campuran) naik sebanyak 1.223% menjadi 172 kilogram (kg) di kuartal keempat 2020. Padahal, kuartal pertama tahun lalu, perusahaan baru memproduksi 13 kg dore bullions.
Adapun produksi emas akhir tahun lalu mencapai 74 kg. Capaian tersebut naik 1.750% dari catatan produk di kuartal pertama 2020 yang hanya 4 kg. Di lain kesempatan, Direktur & Investor Relations BRMS Herwin Wahyu Hidayat sempat mengatakan produksi emas di kuartal pertama 2021 tumbuh 500% menjadi 24 kg dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, untuk produksi dore bullions di periode Januari-Maret tahun ini sudah mencapai 50 kg. Angka tersebut naik hampir tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu yakni 13 kg.
“Harapannya, kuartal kedua produksi dan penjualan akan mirip kuartal pertama. Untuk semester kedua, kami perkirakan akan ada lonjakan karena pabrik sudah beroperasi 100%,” kata Herwin dalam paparan kinerja perusahaan yang diselenggarakan Samuel Sekuritas beberapa waktu lalu.
RUPST BRMS pada Senin ini (28/6) juga menyepakati pendapatan emiten Grup Bakrie untuk tahun 2020 naik 86,9% menjadi US$ 8,34 juta. Alhasil laba bersih perusahaan melesat 220% menjadi US$ 4,04 juta.
Sementara itu, posisi kas perusahaan meningkat di akhir 2020 menjadi US$ 2,17 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 752,3 ribu. Sedangkan untuk inventaris tercatat tumbuh hampir empat kali lipat menjadi US$ 8,56 juta.
Selain laporan keuangan tahun lalu, RUPST menyepakati penggunaan dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) atau rights issue sebesar Rp 1,6 triliun atau sekitar US$ 109,72 juta. Pada April lalu, BRMS telah merampungkan rights issue dengan menerbitkan 22,9 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 70 per saham.
Dari perolehan tersebut, sebanyak 80% akan digunakan untuk membangun pabrik dan proses pengeboran tambang emas di Poboya, Palu (Sulawesi). Rinciannya, sekitar Rp 701,3 miliar atau US$ 48 juta untuk pemberian pinjaman kepada anak usaha PT Citra Palu Minerals. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk membangun pabrik pengolahan emas berkapasitas 4.000 ton bijih per hari.
Selanjutnya, sekitar Rp 336,03 miliar atau US$ 23 juta untuk kebutuhan pengeboran 4 prospek emas melalui skema pemberian pinjaman kepada anak usaha Citra Palu. Tujuannya untuk menambah cadangan bijih emas di Palu, Sulawesi. Sekitar Rp 76,7 miliar atau sekitar US$ 250 ribu dana rights issue juga akan digunakan anak usaha PT Gorontalo Minerals untuk pengeboran 2 prospek emas, sehingga mampu menambang cadangan bijih di Motomboto, Gorontalo.
Sebanyak Rp 435,40 miliar atau setara US$ 29,8 juta akan digunakan untuk pelunasan utang perseroan kepada PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Utang tersebut terkait pekerjaan konstruksi awal pabrik pengolahan pertama (kapasitas 500 ton/hari) di Palu dan telah beroperasi Februari 2020.
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan rights issue sebanyak Rp 53,17 miliar atau sekitar US$ 3,64 juta. Dana tersebut digunakan untuk biaya profesi, biaya jasa lembaga penunjang, biaya jasa konsultasi, dan biaya lain-lain. Sedangkan sisa dana rights issue sekitar Rp 403 juta atau US$ 27.591 akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja perusahaan.
Berdasarkan data RTI, pada perdagangan Senin (28/6), harga saham BRMS ditutup koreksi 4,67% menjadi Rp 102 per saham.