Perusahaan Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk alias BRMS berhasil membukukan lonjakan laba bersih 280% di Semester I-2021 ke kisaran Rp 54,67 miliar. Capaian tersebut juga didukung pendapatan yang melonjak 140%.

Sepanjang periode Januari-Juni 2021, BRMS membukukan kinerja perusahaan membaik. Laba bersih perusahaan Grup Bakrie ini mengalami kenaikan signifkan dari US$ 955 ribu di periode tahun lalu, menjadi US$ 3,63 juta atau naik 280,22% tahun ini.

Sementara itu, jika periode yang sama tahun lalu perusahaan pertambangan itu masih membukukan rugi usaha US$ 688,321 atau sekitar Rp 9,98 miliar, tahun ini perusahaan sukses bukukan laba US$ 1,58 juta atau setara Rp 23,03 miliar.

Kinerja positif Grup Bakrie tersebut didukung pertumbuhan pendapatan perusahaan hingga US$ 6,12 juta atau setara Rp 88,7 miliar di semester I-2021. Capaian tersebut melonjak sebanyak 144% dari periode yang sama tahun lalu yakni US$ 2,5 juta.

“Hampir 60% dari pendapatan BRMS berasal dari penjualan produk emasnya ke para pembeli (PT Aneka Tambang Tbk dan PT Bhumi Satu Inti),” kata Direktur dan Investor Relations BRMS Herwin Hidayat dalam keterangan resminya kepada Katadata.co.id, Kamis (12/8).

Selanjutnya, sekitar 40% pendapatan Bumi Resources Minerals berasal dari jasa penasihat pertambangan terhadap Bellridge Holdings Limited. Di mana, pada semester I-2021, perusahaan juga membukukan pendapatan lain-lain sekitar US$ 30 juta atau setara Rp 435 miliar.

Adapun pendapatan lain-lain tersebut terdiri dari penghapusan utang, penilaian persediaan, hingga penerimaan cicilan pelunasan piutang. Untuk penghapusan utang masuk ke dalam pendapatan yang dicatat karena adanya penghematan biaya utang kepada salah satu kontraktor terkait pekerjaan pembangunan pabrik pengolahan bijih emas di Poboya, Palu.

Sedangkan untuk pendapatan lain terkait penilaian persediaan merupakan pendapatan yang berasal dari tambahan persediaan bijih (ore stock pile) yang ditinggalkan para penambang liar sebelumnya. Untuk penerimaan cicilan pelunasan piutang mengacu kepada akta pengakuan utang tertanggal 23 Februari 2021. Dalam akta dinyatakan bahwa anak usaha BRMS menerima cicilan pelunasan secara berkala dari pihak ketiga tertagih sampai tagihan (piutang) terkait lunas selambat-lambatnya 31 Desember 2021.

Sepanjang semester I-2021, perusahaan Grup Bakrie tersebut juga membukukan biaya sekitar US$ 29 juta di laporan laba rugi. Itu merupakan pengurangan dari akun aset pajak tangguhan di laporan neraca. Kerugian yang telah dikapitalisasi menjadi aset tersebut (dalam bentuk aset pajak tangguhan) harus seluruhnya di amortisasi (dihapuskan) sebagai biaya di laporan rugi laba untuk periode 5 tahun sejak pencatatannya.

Sementara itu, BRMS juga membukukan kenaikan produksi untuk dore bullion menjadi 111 kilogram (kg) sepanjang semester I-2021. Capaian tersebut setara 64,5% total produksi akhir 2020 yakni 172 kg. Sedangkan untuk produksi emas sepanjang semester I-2021 mencapai 52 kg atau setara 71,23% dari total produksi akhir 2020 yakni 73 kg.

Sampai saat ini BRMS masih memproduksi emas dari pabrik pengolahan pertama dengan kapasitas 500 ton bijih per hari sejak awal 2020.

Direktur Utama dari BRMS Suseno Kramadibrata mengatakan konstruksi pabrik pengolahan bijih emas kedua di Palu masih sesuai jadwal. Harapannya pembangunan akan rampung pada Mei 2022. Pabrik baru tersebut akan memiliki kapasitas pengolahan sampai 4.000 ton bijih per harinya.

“Hal ini akan meningkatkan volume produksi emas kami secara signifikan pada semester kedua di tahun depan,” ujar Suseno.

Sebelumnya, Herwin sempat menyebutkan akan ada pemegang saham baru yang bakal dirilis pada laporan keuangan Juni 2021. Pernyataan tersebut langsung menjurus pada rumor beberapa waktu terakhir terkait masuknya Grup Salim ke perusahaan Grup Bakrie tersebut.

“Laporan keuangan Juni 2021 yang akan publish dalam waktu dekat, akan terlihat pemegang saham baru melalui right issue, yang memiliki lebih dari 5%, 10% ataupun 15% saham BRMS,” kata Herwin dalam paparan kinerja perusahaan yang diselenggarakan Samuel Sekuritas secara daring, Selasa (25/5).

Dia menyampaikan, setelah Bumi Resources menyelesaikan right issue April lalu, banyak pemegang saham baru institusi dan individu yang bergabung. Dominasi pemegang saham institusi disebut cukup besar dan akan terlihat pada laporan keuangan BRMS bulan depan.

Berkaca dari kondisi tersebut, Herwin menyambut positif masuknya pemegang saham institusi besar di daftar kepemilikan saham Bumi Resources. Artinya, ketertarikan investor terhadap perusahaan tambang emas dan tembaga tersebut masih positif dan dinilai memiliki prospek baik ke depan.

Melansir RTI, pada perdagangan Kamis (12/8) saham BRMS ditutup menguat atau naik 2,06% ke level Rp 99 per saham. Sepanjang 2021, saham perusahaan pertambangan ini naik 24,01% dan sempat menyentuh level tertinggi di Rp 132 per saham.