PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sudah mendirikan tiga perusahaan untuk terjun ke industri rokok elektrik (vape). Meski begitu, ketiga perusahaan tersebut belum beroperasi karena belum memiliki izin untuk menjalankan bisnis produksi rokok elektrik.
"Karena izin secara resmi tidak pernah bisa dikeluarkan, jadi perusahaan-perusahaan tersebut sampai hari ini tidak beraktivitas apa-apa," kata Direktur Gudang Garam Heru Budiman dalam paparan publik secara virtual, Kamis (9/9).
Heru menyampaikan tiga perusahaan yang sudah dibuatkan aktanya tersebut memiliki fungsi berbeda. Satu perusahaan berfungsi untuk mengimpor bahan rokok elektrik. Dalam menjalankan aktivitas impor, perusahaan perlu mendapat izin.
Kemudian, perusahaan kedua akan berfungsi sebagai usaha manufaktur pembuat rokok elektrik. Perusahaan berikutnya akan berperan sebagai distributor rokok elektrik yang juga membutuhkan izin operasi.
"Sampai hari ini, ketiga perusahaan tersebut tidak melakukan aktivitas apa-apa di bidang rokok elektrik. Tidak ada karyawannya, tidak ada biayanya, kecuali biaya perseroan terbatas (PT)," kata Heru.
Secara umum, Gudang Garam masih memantau perkembangan rokok elektrik dan berbagai macam jenis produknya.
Heru mengatakan, sebenarnya rokok elektrik tidak bisa menggantikan produk rokok konvensional. Menurut pendapat pribadinya sebagai perokok, kepuasan yang didapatkan dari rokok konvensional tidak tergantikan. Selain itu, rokok elektrik biayanya lebih mahal dibandingkan rokok konvensional.
Di tengah pandemi Covid-19, Heru mengatakan tidak khawatir adanya perubahan perilaku konsumen dari rokok konvensional ke rokok elektrik dengan alasan kesehatan. Pasalnya, dibandingkan beralih ke rokok elektrik, lebih baik berhenti untuk merokok.
"Apakah konsumen bersikap begitu (berhenti merokok)? Saya tidak yakin itu. Yang merokok, tetap merokok. Mungkin tidak berani merokok di cafe karena terlalu banyak orang," kata Heru.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan, sejauh ini tidak ada studi yang secara positif menunjukkan, rokok elektrik lebih aman dan lebih bagus dari rokok biasa. Selain itu, bahan kandungan rokok elektrik jauh lebih banyak zat-zat sintetis dibandingkan rokok kretek yang cukup banyak zat alaminya.
"Jadi tidak ada jaminan bahwa seorang perokok yang pindah ke rokok elektrik akan lebih sehat dibandingkan rokok konvensional," kata Istata.
Sepanjang semester I-2021, Gudang Garam mencatatkan laba bersih Rp 2,31 triliun. Sayangnya laba bersih tersebut mengalami penurunan hingga 39,53% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,82 triliun.
Padahal, pendapatan Gudang Garam pada periode enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp 60,58 triliun atau meningkat 12,92% dibandingkan semester I-2020 Rp 53,65 triliun. Salah satu faktornya karena biaya pokok penjualan yang mencapai Rp 54,04 triliun atau naik 20,12% menjadi Rp 44,99 triliun.