Laba Indo Tambangraya Melesat 602% Jadi Rp 3,8 T, Ini Penyebabnya

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
17/11/2021, 15.02 WIB

Harga rata-rata batu bara yang dinikmati perseroan hingga kuartal ketiga 2021 naik 65% dari US$ 53,8 per ton menjadi US$ 89 per ton. Selain itu, margin laba kotor naik 24% menjadi 40%.

Melihat kinerja keuangan perseroan, Mulianto mengatakan pihaknya mampu mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang tinggi atau sebanyak US$  94,1 juta. Angka itu setara dengan 80% dari laba bersih paruh pertama 2021.

Seperti diketahui, perseroan akan membayarkan dividen interim senilai  Rp 1.218 per saham pada pemegang saham. Pembayaran itu akan dilakukan pada 24 November 2021.

 Saat ini, HBA bahkan telah naik 33% Per November 2021 menjadi US$ 215,01 per ton, dari posisi Oktober 2021 di level US$ 161,63 per ton. Melihat hal tersebut, perusahaan sektor batu bara dan energi ini memproyeksikan HBA sepanjang 2021 akan lebih baik dari tahun lalu. Pertumbuhan HBA tahun ini dinilai terjadi karena permintaan batu bara dari Cina.

Ke depan, perseroan menargetkan volume penjualan dapat mencapai 20,2 juta ton hingga 20,4 juta ton. Adapun, target volume penjualan tersebut telah memiliki kontrak penjualan yang terdiri dari 84% dengan harga jual yang telah ditetapkan dan 16% dengan harga sesuai indeks harga batu bara.

"Meskipun (laba perseroan melesat), perusahaan akan terus meningkatkan efisiensi dalam operasi perusahaan," kata Yulius.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief