Demi Restrukturisasi, Krakatau Steel Tambah Modal dan Divestasi Aset

PT. Krakatau Steel
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan rekor produksi bulanan baja lembaran dingin atau baja Cold Rolled Coil (CRC) terbanyak sepanjang sejarah pabrik berdiri pada 31 Oktober 2021.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
23/11/2021, 17.02 WIB

Di sisi lain, Silmy mengatakan, pihaknya akan melakukan divestasi dengan melepas 40% kepemilikan aset perusahaan kepada mitra strategis pada akhir 2021.

Sejauh ini, ada dua mitra strategi yang dimaksud Silmy, yakni Indonesia Investment Authority (INA) dan PR Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). Proses pelepasan aset itu kini telah mencapai tahap finalisasi.

Aset yang akan dilepas adalah sub-holding KRAS, yakni Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI). Sebagai informasi, KSI merupakan gabungan dari tiga anak usaha KRAS, yakni PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, PT Krakatau Tirta Industri, PT Krakatau Daya Listrik, dan Krakatau Port & Logistic.

KSI merupakan sub-holding infrastruktur kawasan industri. Hingga 10 bulan 2021, KSI telah mencatatkan pendapatan hingga US$ 221 juta dengan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) senilai US$ 66 juta.

Pada 2022, KRAS juga berencana untuk melepas kepemilikan sebagian aset sub-holding Krakatau Baja Konstruksi (KBK) dan beberapa aset tetap lainnya. KBK merupakan gabungan dari tiga anak usaha KRAS, yakni PT Krakatau Wajatama, PT KHI Pipe Industries, dan PT Krakatau Global Trading.

KBK mencatatkan pendapatan senilai US$ 319 juta sepanjang Januari-Oktober 2021, sedangkan EBITDA yang dihasilkan senilai US$ 18 juta. Pengembangan aset ini merupakan proses akhir KRAS dalam rangka restrukturisasi dan transformasi.

"Krakatau Steel akan menjadi satu holding company yang sangat ramping. Fokus utamanya adalah bisnis baja dan infrastruktur (kawasan industri)," kata Silmy. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief