MNC Investama Ungkap Alasan Lego Usaha Batu Bara ke IATA Rp 2 Triliun

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Pekerja melintas di dekat kapal tongkang pengangkut batubara. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
5/1/2022, 13.54 WIB

Di samping itu, BCR merupakan induk dari PT Putra Muba Coal, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, PT Arthaco Prima Energi, PT Sumatra Resources, PT Energi Inti Bara Pratama, PT Sriwijaya Energi Persada, PT Titan Prawira Sriwijaya, PT Primaraya Energi, dan PT Putra Mandiri Coal.

Proses akuisisi dilakukan setelah hasil uji tuntas dan valuasi terhadap PT MNC Energi selesai. Dengan asumsi semua proses due diligence berjalan lancar, IATA akan segera meminta restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menyelesaikan transaksi akhir kuartal I-2022.

Rencana transaksi tersebut merupakan langkah strategis IATA untuk memanfaatkan momentum lonjakan harga komoditas batu bara yang berkelanjutan. Manajemen IATA meyakini, akuisisi tersebut tidak hanya mendongkrak prospek bisnis, tetapi secara signifikan meningkatkan nilai perusahaan. 

Manajemen IATA memprediksi, harga batu bara akan tetap tinggi karena pasokan yang terus menyusut. Permintaan di Tiongkok dan dunia bagian lain terus meningkat, bahkan berpotensi lebih tinggi karena  faktor musim dingin.

Di samping itu, peningkatan permintaan batu bara ke depan juga bakal didorong pembukaan kembali ekonomi pasca pandemi Covid-19. Alasan lain, karena banjirnya pusat penambangan batu bara terbesar Negeri Panda, di provinsi Shanxi.

Menurut data National Bureau of Statistics (NBS) Tiongkok, batu bara merupakan sumber energi utama di sana. Kontribusinya hampir 60% dari total penggunaan energi nasional yang banyak digunakan untuk pemanasan, pembangkit listrik, dan pembuatan baja.

Sementara India telah memerintahkan pembangkit listrik untuk mengimpor 10% batu bara untuk campuran, pembalikan tajam dari arahan sebelumnya untuk menggunakan batu bara domestik.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief