Emiten bank BUMN, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) telah memperoleh restu DPR untuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue maksimal 4,6 miliar saham baru dengan target dana Rp 4,13 triliun pada akhir tahun ini.
Perseroan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Selasa, 18 Oktober guna memuluskan aksi korporasi tersebut. Menurut Analis Kanaka Hita Solvera (KHS), Raditya Pradana, rights issue BTN dapat dicermati investor mengingat dengan penambahan modal tersebut akan memperbesar kapasitas BTN dalam menyalurkan kredit perumahan.
Tercatat, total kredit yang disalurkan BTN untuk KPR di enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp 265,90 triliun, naik 7,61% dari tahun sebelumnya. "Kami proyeksikan harga wajar saham BTN saat ini berkisar pada level Rp 2.200,” kata Raditya, dikutip Kamis (6/10).
Pada perdagangan Kamis ini, tercatat harga saham BTN diperdagangkan di kisaran Rp 1.460 sampai Rp 1.485 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 15,51 triliun.
Di sisi lain, bank yang fokus pada pembiayaan perumahan ini juga terus melakukan perbaikan dari sisi fundamentalnya, terutama pada biaya dana. Berdasarkan laporan keuangan semester pertama, BTN mencatatkan laba bersih Rp 1,47 triliun atau meningkat 59,87% dibandingkan semester I-2021 yang tercatat Rp920 miliar.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, perolehan laba tersebut lebih banyak ditopang oleh kemampuan BTN menekan biaya dana di tengah kenaikan pendapatan bunga.
Adapun, beban bunga tercatat turun 27,8% menjadi Rp 4,94 triliun dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp 6,84 triliun. Sementara, pendapatan bunga hanya naik 1,1% dari Rp 12,53 triliun pada semester I-2021 menjadi Rp12,68 triliun pada semester 1-2022.
Penurunan beban bunga ini disebabkan strategi BTN dalam menghimpun dana murah melalui produk giro dan tabungan (current account saving account/CASA). Tercatat CASA BTN senilai Rp 137,45 triliun pada semester pertama 2022, meningkat 22,95%.
CASA tersebut memiliki porsi 45% dari total dana pihak ketiga (DPK) akhir semester I-2022 sebesar Rp307,3 triliun. Porsi ini meningkat signifikan dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat 37,5%.
Kanaka menilai, bank bersandi BBTN tersebut dinilai masih dalam jalur yang tepat dengan fokus pada pengembangan DPK terutama pada produk dana murah. Bila likuiditas cukup ample dan cost of fund rendah maka laba BTN bisa tumbuh secara berkelanjutan.
Untuk memperkuat DPK dan memperbesar porsi CASA. BTN gencar memasarkan Tabungan BTN Bisnis dengan menggelar roadshow ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Singkawang, Semarang dan Medan.
Direktur Distribution & Funding Bank BTN, Jasmin mengatakan road show ini merupakan upaya Bank BTN mengenalkan Tabungan BTN Bisnis ke sentra bisnis di berbagai daerah dengan menyasar pelaku UMKM. “Dengan road show Tabungan BTN Bisnis ini diharapkan responx UMKM di Ibu Kota Jawa Timur ini akan lebih meningkat, kemudian ada gerai-gerai UMKM yang kita fasilitasi," katanya.