Emiten maskapai plat merah, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengumumkan rencana aksi korporasi pelunasan surat utang dan sukuk melalui skema tender offer kepada pemegang surat utang dan sukuk yang merupakan kreditur GIAA dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Sebagaimana diumumkan pada 1 Desember 2023 melalui keterbukaan informasi Singapore Exchange (SGX), manajemen Garuda Indonesia mengatakan periode partisipasi dalam tender offer tersebut akan berlangsung hingga 15 Desember 2023 mendatang. Selain itu, pelunasan sebagian yang direncanakan akan dilaksanakan 21 Desember 2023.
Dalam rencana pelunasan surat utang dan sukuk tersebut, Garuda Indonesia mengalokasikan dana sebanyak US$ 50 juta senilai Rp 773,43 miliar untuk nilai pokok. Jumlah tersebut tidak termasuk pembayaran bunga terutang atau pembayaran jumlah distribusi periodik yang terutang yang nilainya akan ditentukan kemudian.
Manejemen GIAA juga menyebut, alokasi dana tersebut bersumber dari kas internal perusahaan sejalan dengan kebijakan pengelolaan kas. Perusahaan yang salah satunya diprioritaskan untuk penyelesaian kewajiban perusahaan kepada para kreditur.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengungkapkan rencana pelunasan sebagian surat utang dan sukuk ini merupakan bagian dari langkah proaktif perusahaan untuk perbaikan kinerja ekuitas. Irfan mengatakan hal itu melalui pengelolaan secara aktif atas aset, liabilitas, dan ekuitas untuk mengoptimalkan efektivitas profil arus kas serta fundamental kinerja operasi perusahaan.
Irfan menyebut aksi korporasi ini juga menjadi representasi goodwill secara berkelanjutan perusahaan dalam memastikan proses penyelesaian kewajiban terhadap para kreditur dapat menjadi semakin agile dan prudent. Pelunasan ini juga telah mempertimbangkan volatilitas pasar yang terjadi saat ini termasuk peningkatan suku bunga di pasar mata uang dolar AS.
Lebih lanjut, hal-hal lebih teknis terkait dengan mekanisme pelunasan sebagian tersebut dapat dirujuk pada keterbukaan informasi pada SGX. Kemudian langkah korporasi yang Garuda Indonesia jelang penutupan tahun 2023, turut merepresentasikan komitmen perusahaan untuk terus bergerak adaptif dalam mengoptimalkan langkah perbaikan fundamental kinerja operasi.
“Dengan memperhatikan secara seksama outlook ekonomi makro guna menjaga momentum pemulihan kinerja perusahaan,” tutup Irfan.