Manajemen PT Indofarma Tbk (INAF) menanggapi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait penarikan dana dari pinjaman online (pinjol) yang dilakukan oleh oknum di perusahaan farmasi tersebut.
Direktur Utama Indofarma Yeliandriani membenarkan bahwa terjadi pinjaman online (pinjol) yang dilakukan dalam lingkungan Indofarma. Tak hanya itu, oknum Indofarma memakai nama pribadi karyawannya dan tindakan fraud yang dilakukan tersebut tergolong berani.
“Pinjol ini benar, di dalam laporan BPK itu saya juga membaca bahwa ada pinjaman kepada fintech pada tahun 2022,” kata Yeliandriani saat Rapat Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu (19/6).
Namun, ketika wartawan ingin mencari informasi lebih detail mengenai pelanggaran tersebut, Yeliandriani dan Corporate Secretary INAF Warjoko Sumedi justru menghindar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya mengatakan temuan BPK menunjukkan adanya pinjaman melalui fintech peer to peer lending atau pinjol yang berindikasi merugikan PT Indofarma Global Medika (IGM) senilai Rp 1,26 miliar.
Kinerja emiten farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga terus merugi sejak 2021 hingga tahun buku 2023 di tengah merosotnya pendapatan.
Shadiq Akasya mengatakan kerugian Indofarma pada tahun buku 2023 membengkak 41% menjadi Rp 600 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 428 miliar. Shadiq menuturkan, kerugian anak usaha Bio Farma tersebut karena adanya penyisihan piutang sebesar Rp 46 miliar dan biaya-biaya terkait pajak sebesar Rp 120 miliar.
“Kinerja indofarma mengalami tren menurun sejak tahun 2021 hingga 2023, baik secara pendapatan maupun profitabilitas,” kata Shadiq.
Tak hanya itu, pendapatan INAF pada 2023 sebesar Rp 524 miliar turun sebesar 54,2% dari sebelumnya tercatat Rp 1,14 triliun pada 2022. Ia menyebut pendapatan ini didominasi oleh penjualan produk dalam negeri sebesar Rp 501 miliar. Sementara itu, pendapatan dari produk ethical sebesar Rp 311 miliar.
Indofarma juga mencatat pendapatan ekspor meningkat menjadi sebesar Rp 22 miliar pada 2022. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Indofarma tahun 2023 negatif sebesar Rp 293 miliar, membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang negatif Rp 361 miliar. Hal ini disebabkan adanya penurunan beban pemasaran dan distribusi seiring penurunan penjualan dan efisiensi atas berbagai operasional kantor.