Selain itu, sentimen negatif disebutkan Ibrahim juga datang dari pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebutkan bahwa risiko dari virus corona lebih buruk daripada flu biasa. "Secara tidak langsung, Trump telah menjilat ludahnya sendiri," ujarnya.
Di sisi lain, sentimen juga datang dari Goldman Sach yang merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi AS menjadi -34% secara kuartalan yang disetahunkan pada kuartal I 2020. Ini Lebih parah ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu -24%.
Ibrahim menambahkan bahwa angka pengangguran Negeri Paman Sam juga diperkirakan melonjak menjadi 15% pada pertengahan tahun ini.
(Baca: Sempat Naik Tinggi, IHSG Turun 1,6% karena Aksi Ambil Untung Investor)
Dengan begitu, dirinya pun menilai terobosan pemerintah bersama BI saat ini belum cukup menopang rupiah. "Dalam perdagangan besok rupiah kemungkinan masih akan melemah di antara Rp 16.400 - 16.700 per dolar AS," tutup dia.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan saat ini kurs rupiah masih berada posisi yang stabil. "Rupiah ada pada tingkat yang memadai. Sangat memadai," ucap Perry dalam konferensi video di Jakarta, pagi ini.
Dirirnya pun berkomitmen akan terus mengantisipasi agar kurs rupiah tak mencapai skenario terberat, bahkan skenario terburuk pemerintah. Adapun dalam sknario dampak pandemi corona pemerintah, rupiah dapat melemah ke level Rp 17.500 per dolar AS dalam skenario berat dan Rp 20 ribu per dolar AS dalam skenario terburuk.