Nilai tukar rupiah pada pasar spot pagi ini, Kamis (30/1) dibuka stagnan pada level Rp 13.634 per dolar Amerika Serikat (AS). Meski begitu, rupiah diproyeksikan bergerak menguat pada perdagangan hari ini setelah Bank Sentral AS The Federal Reserve atau The Fed mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter.
Sementara pada pukul 09.10 WIB, rupiah turun tipis 0,02% ke level Rp 13.636 per dolar AS. Sejumlah mata uang Asia bergerak secara variatif pagi ini.
Mengutip Bloomberg, beberapa mata uang Asia seperti yen Jepang menguat 0,05% diikuti dolar Hong Kong 0,01%, rupee India 0,11%, dan yuan Tiongkok 0,46%.
(Baca: Rupiah Menguat Tipis Jelang Pengumuman Kebijakan The Fed)
Sedangkan dolar Singapura melemah 0,17%, dolar Taiwan 0,13%, won Korea Selatan 0,4%, peso Filipina 0,05%, ringgit Malaysia 0,15%, dan baht Thailand turun 0,36%.
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, sikap The Fed yang masih memberi pelonggaran terhadap kebijakan moneternya akan membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini.
"The Fed memberikan sinyal akan meneruskan penyuntikan dana ke pasar via repo seperti yang dilakukan sejak awal September 2019," kata Tjendra kepada katadata.co.id, Kamis (30/1).
Adapun langkah tersebut sebagai upaya untuk menekan turun suku bunga antar bank di tengah penahanan suku bunga acuan yang diputuskan dinihari tadi. Usai keputusan ini, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali turun ke kisaran 1.58%.
(Baca: Dibuka Melemah Akibat Virus Corona, Rupiah Masih Berpotensi Menguat)
Sebagaimana diketahui, The Fed telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali pada tahun lalu. Suku bunga dana federal saat ini berada pada kisaran 1,5% - 1,75%.
Hanya saja, ia menilai kekhawatiran terhadap wabah corona masih terasa hingga saat ini. "Sehingga akan menjadi beban untuk aset berisiko seperti rupiah," ucap dia.
Dengan begitu, dirinya memperkirakan rupiah berpotensi bergerak di antara Rp 13.600 - 13.650 per dolar AS hari ini.