Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini, Rabu (15/1) melemah 0,11% ke level Rp 13.695 per dolar AS. Rupiah melemah tertekan rilis data neraca perdagangan pada 2019 yang mencatatkan defisit US$ 3,2 miliar.
Mengutip Bloomberg, sejumlah mata uang negara Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura turun 0,06%, dolar Taiwan 0,07%, won Korea Selatan 0,06%, peso FIlipina 0,26%, yuan Tiongkok dan ringgit Malaysia 0,05%.
Sementara itu, yen Jepang naik 0,06%, dolar Hong Kong menguat 0,04%, rupee India melaju 0,05%, dan baht Thailand menanjak 0,03%.
Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR, menempatkan rupiah di posisi Rp 13.706 per dolar AS, melemah 52 poin dibanding perdagangan kemarin.
(Baca: Ekspor-Impor Lesu, Defisit Neraca Dagang 2019 Turun jadi US$3,9 Miliar)
"Rupiah melemah akibat rilis data neraca perdagangan serta ekspor dan impor Desember 2019," kata Ekonom Permata Bank Josua Pardede dalam pesan singkatnya kepada Katadata.co.id, Rabu (15/1).
BPS sebelumnya mencatatkan ekspor pada Desember mencapai US$ 14,47 miliar, sedangkan impor sebesar US$ 14,5 miliar. Akibatnya, neraca perdagangan mencatatkan defisit US$ 28,2 juta.
Adapun sepanjang 2019, neraca perdagangan tercatat defisit mencapai US$ 3,2 miliar.
(Baca: Utang Luar Negeri RI Bengkak jadi Rp 5.614 Triliun per November 2019)
Selain faktor data neraca dagang, menurut dia, pelemahan rupiah juga terjadi seiring penantian kesepakatan dagang AS dan Tiongkok. "Adanya kekhawatiran bahwa AS akan mempertahankan tarif pada produk Tiongkok hingga pilpres di November 2020 semakin menekan laju rupiah," ucap dia.
Presiden AS Donald Trump dijadwalkan meneken perjanjian fase satu dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He di Gedung Putih hari ini. Perjanjian itu mencakup kewajiban Tiongkok untuk membeli barang manufaktur, pertanian dan energi dari AS senilai US$ 50 miliar. Namun, Menteri Keuangan Mnuchin mengatakan AS akan mempertahankan tarif sampai selesainya tahap kedua perjanjian.