Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini, Rabu (8/1) dibuka di level Rp 13.915 per dolar AS, melemah dari posisi kemarin Rp 13.838 per dolar AS. Rupiah melemah terimbas sentimen serangan balasan dari Iran ke Amerika Serikat.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus bergerak melemah ke level Rp 13.933 per dolar AS hingga pukul 09.22 WIb.
Mayoritas mata uang Asia juga terpantau melemah pagi ini. Dolar Singapura dan Taiwan masing-masing turun 0,09%, won Korea Selatan turun 0,9%, peso Filipina 0,61%, yuan Tiongkok 0,06%, dan ringgit Malaysia 0,48%.
(Baca: Balas Dendam, Iran Luncurkan Belasan Rudal ke Pangkalan AS di Irak)
Sementara itu, Yeng Jepang berhasil naik 0,37%, dolar Hong Kong menguat 0,04%, rupee India melaju 0,15%, dan baht Thailand perkasa 0,17%.
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuturkan, pelemahan rupiah dan mayoritas mata uang Asia terjadi akibat sentimen negatif yang datang dari konflik antara AS dan Iran. "Dini hari tadi ada serangan militer balasan dari Iran ke basis militer AS di Irak dengan menembakkan rudal," ujar Tjendra kepada Katadata.co.id, Rabu (8/1).
Adapun hal tersebut dilakukan Iran sebagai balasan atas kematian petinggi militer mereka, Jenderal Qasem Soleimani. Serangan balasan ini dikhawatirkan memicu aksi saling membalas dan bisa berujung perang di Timur Tengah.
(Baca: Konflik AS-Iran, Ekonom Lihat Potensi Harga Minyak Capai US$ 100/Barel)
Dengan demikian, sentimen untuk menghindari aset beresiko, termasuk rupiah akan membayangi perdagangan di pasar keuangan hari ini. Di sisi lain, harga minyak mentah yang turut naik akibat konflik ini juga dapat membebani rupiah.
"Ini karena defisit transaksi berjalan Indonesia bisa memburuk," jelas dia.
Tjendra memperkirakan rupiah bergerak melemah dan berpotensi berada di atas Rp 14.000 per dolar AS. "Rupiah hari ini akan bergerak di antara Rp 13.900 - 14.050 per dolar AS," terangnya.