Rupiah Ditutup Melemah Terdampak Banjir Jabodetabek

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (2/1) ke level Rp 13.893.
Editor: Ekarina
2/1/2020, 17.20 WIB

Meski begitu, dia menyebut laju rupiah masih sedikit tertahan data inflasi secara keseluruhan sepanjang tahun lalu. "Namun inflasi tak serta-merta membawa mata uang garuda kembali menguat," ujarnya.

Siang tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi 2019. Tercatat, inflasi hanya 2,72% sepanjang 2019, sekaligus merupakan yang terendah sejak tahun 1999. Sementara laju inflasi inti pada 2019 tercatat 3,02%, sedikit melambat dibandingkan 2018 yaitu 3,07%.

(Baca: Tutup Pekan, Rupiah Makin Menguat ke 13.952 per Dolar AS)

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, harga komoditas yang terkendali membuat inflasi sepanjang tahun lalu kurang dari 3%. "Terutama terkendalinya harga beras yang bobotnya sangat tinggi pada inflasi," kata dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, hari ini (2/1). 

Menurut dia, terkendalinya harga beras selama 2019 disebabkan oleh cadangan di Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) yang mencukupi. Sedangkan pada 2018, harga beras berkontribusi besar terhadap inflasi. Alhasil, inflasi secara tahunan pada 2018 mencapai 3,13%.

Dalam perdagangan esok hari, Ibrahim memprediksi rupiah kemungkinan akan kembali menguat. Perkiraan penguatan rupiah berada di level antara Rp 13.863 - 13.910 per dolar AS.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria