Melemah Pagi Ini, Rupiah Berpeluang Menguat Berkat Progres AS-Tiongkok

Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini bergerak melemah kembali ke level Rp 14 ribu per dolar AS.
Penulis: Agustiyanti
8/11/2019, 09.57 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini bergerak melemah kembali ke level 14 ribu per dolar Amerika Serikat. Rupiah melemah di tengah rencana Amerika dan Tiongkok sepakat untuk membatalkan tarif usai meneken kesepakatan dagang tahap I. 

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka di level 14.009 dan bergerak melemah ke posisi 14.025 pada pukul 09.30 WIB. Sementara itu, mata uang Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia melemah 0,23 %, yuan Tiongkok turun 0,04 %, peso Filipina lemas 0,03 %, dan dolar Singapura lunglai 0,09 %.

Di sisi lain, Yen Jepang menguat 0,07 %, baht Thailand naik 0,06%, won Korea melaju 0,23%, dan dolar Hong Kong meningkat 0,01 %. Indeks dolar melemah 0,03 % ke posisi 98,11, setelah sebelumnya sempat bergerak menguat. 

(Baca: Pasar Modal dan Dolar AS Menguat, Harga Emas Antam Turun Rp 5.000/Gram)

Meski pagi ini rupiah bergerak melemah,  Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah masih berpeluang bergerak menguat hari ini. 

"Sentimen positif dai negosiasi dagang AS dan Tiongkok masih berlanjut dan hari ini dapat menjadi faktor penguat rupiah," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (8/11)

Seperti dikutip dari Reuters, Tiongkok dan AS sepakat untuk menarik kembali kebijakan tarif dagang kedua negara. Pelaksanaan kesepakatan tersebut berlaku jika fase pertama perundingan dagang selesai.

Kementerian Perdagangan Tiongkok, tanpa menyebut jadwal pelaksanaanya, menyatakan kedua negara telah sepakat untuk membatalkan pemberlakuan tarif secara bertahap. Pejabat AS juga mengonfirmasi kebijakan tersebut masuk fase pertama yang akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

(Baca: AS - Tiongkok Setuju Batalkan Tarif Dagang dalam Kesepakatan Fase I)

Jika kesepakatan sementara selesai dan ditandatangani, ini termasuk pembatalan tarif yang rencananya diberlakukan pada 15 Desember 2019 terhadap US$ 156 miliar barang impor Tiongkok, termasuk ponsel, laptop, dan mainan.

Di sisi lain, menurut Ariston, pasar juga mewspadai kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun. 

"Yield naik ke area 1,97%, angka yang tidak ditemui sejak 1 Agustus 2019. Kenaikan yield ini bisa mendorong pengutan dolar AS terhadap mata uang lainnya," jelas dia. 

Ia pun memperkirakan rupiah sepanjang hari ini akan bergerak pada kisaran Rp 13.970 hingga Rp 14.050 per dolar AS.