Rupiah Dibuka Menguat Tipis Berkat Kesepakatan Brexit

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (18/10) dibuka menguat 0,08% atau 12 poin ke level Rp 14.143 per dolar AS.
18/10/2019, 09.09 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (18/10) dibuka menguat 0,08% atau 12 poin ke level Rp 14.143 per dolar AS dibanding penutupan kemarin sore di level Rp 14.155 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, mayoritas mata uang Asia juga turut menguat terhadap dolar AS. Pagi ini, Yen Jepang naik 0,01%, dolar Hongkong 0,02%, dolar Singapura 0,04%, dolar Taowan 0,1%, won Korea Selatan 0,61%, peso Filipina 0,04%, rupee India 0,38%, yuan Tiongkok 0,22%, dan baht Thailand 0,06%. Hanya ringgit Malaysia yang mengalami penurunan sebesar 0,02%.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, penguatan rupiah hari ini terjadi karena depresiasi poundsterling Inggrid terhadap mata uang Negeri Paman Sam. Saat berita ini ditulis, poundsterling turun 0,19% terhadap dolar AS. "Ini karena adanya kesepakatan yang tercapai dalam hal Brexit," kata Nafan saat dihubungi Katadata.co.id.

(Baca: Brexit Berakhir dengan Kesepakatan, IHSG Hari ini Diramal Bervariasi)

Pada Kamis waktu setempat, Uni Eropa akhirnya bersepakat dengan Inggris soal pemisahan Negeri Ratu Elisabeth ini dari blok kawasan tersebut. Negosiasi Brexit telah melalui jalan panjang selama 18 bulan. 

Pembahasannya kerap terjadi tanpa kesepakatan serta penolakan. Perdana Menteri Inggris sebelumnya, Theresa May gagal mendapat persetujuan parlemen Inggris dan Uni Eropa sampai akhirnya ia mengundurkan diri.

Adapun, Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Johnson bertekad menyelesaikan Brexit pada 31 Oktober hingga akhirnya tercapai. Meski begitu, Nafan menyebutkan bahwa kesepakatan ini masih menunggu sikap parlemen Inggris. Jika reaksi parlemen Inggris tak seperti yang diharapkan, rupiah bisa berbalik melemah.

(Baca: Utang Pemerintah Semakin Tebal, JK: Tak Apa, Asal Bisa Bayar)

Di sisi lain, menurut ia, pasar hari ini menunggu rilis data Tiongkok. "Data Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan menurun dari 6,2% menjadi 6,1% di kuartal ketiga ini. Sehingga ini akan membuat rupiah berpeluang menguat," ujarnya.

Dari domestik, situasi politik yang dipelihara baik pemerintah dinilai pasar menjamin stabilitas fundamental secara efektif. Apalagi, kata Nafan, saat ini penantian pelantikan presiden dsn peentapan kabinet menteri juga kondusif sehingga dipastikan berdampak positif kepada mata uang Garuda. Ia pun memproyeksikan rupiah akan berada di antara Rp 14.125 - Rp 14.175 per dolar AS.

Reporter: Agatha Olivia Victoria