Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Diprediksi Stagnan Akibat Dua Faktor

ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Foto udara pemukiman dan gedung di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (7/6/2019). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 dapat tumbuh mencapai 5,2 persen. Momentum Lebaran 2019 ia perkirakan mampu memicu permintaan domestik yang kuat serta daya tarik investasi Indonesia yang semakin tinggi.
Editor: Ekarina
17/7/2019, 18.55 WIB

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tetap di kisaran 5,1 %. Angka tersebut relatif stagnan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi  triwulan sebelumnya dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Josua mengatakan, siklus pertumbuhan ekonomi triwulan pertama dan ketiga biasanya lebih rendah dibandingkan dengan kuartal kedua dan keempat dalam setahun. "Perkiraan saya di kuartal ketiga angka pertumbuhannya akan sama dengan prediksi pada kuartal kedua," kata Josua kepada Katadata.co.id, Rabu (17/7).

Pada kuartal ketiga,  pertumbuhan ekonomi kemungkinan sedikit terdorong oleh sektor industri, terutama setelah diberikan berbagai fasilitas pajak. Pemberian insentif kemungkinan mendorong pertumbuhan investasi hingga memicu laju ekonomi. Peningkatan investasi triwulan ketiga juga akan terdorong oleh membaiknya iklim usaha usai penyelenggaraan Pemilu.

(Baca: Ekonomi Tumbuh di Bawah Target, Asumsi Makro Semester I 2019 Meleset )

Hal lain yang juga menurut Josua bakal menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga yakni apabila Bank Indonesia jadi memangkas suku bunga pada bulan ini. "Karena kalau suku bunga acuan BI dipangkas, cost of product-nya semakin murah. Sehingga, dari sisi daya beli juga konsumsi akan meningkat walaupun tidak ada event tahunan," katanya.

Karena itu, dia menyebutkan ekonomi akan tetap tumbuh karena kedua faktor tersebut meski tidak ada Lebaran atau Puasa. Selain itu, program pemerintah dalam meningkatkan belanja bantuan sosial (bansos) agar konsumsi tetap tumbuh solid dapat ikut mendorong konsumsi di kuartal ketiga.

(Baca: Sri Mulyani Nilai Birokrasi Indonesia Tak Ramah Bagi Investor)

Kemudian, pada kuatal keempat, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai angka 5,2 % seperti yang diproyeksikan sebelumnya karena terdorong oleh faktor musiman dan event tahunan seperti natal dan tahun baru.

Sebelumnya, untuk prediksi hingga lima tahun ke depan, Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik, Kementerian PPN/Bappenas telah merilis Outlook Perekonomian Indonesia Pascapemilu Nasional.  Bappenas memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2020-2024 sebesar 5,3 hingga 6,5 %. Kunci peningkatan pertumbuhan ini berdasarkan peningkatan produktivitas, investasi, kualitas sumber daya manusia, dan perbaikan pasar tenaga kerja. (Lihat Databoks berkut ini).

Prediksi pertumbuhan ekonomi ini memiliki tiga skenario, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pertama, skenario terendah memiliki rentang 5,3 dan 5,5 %. Secara rinci, prediksi skenario pertama pada 2020 sebesar 5,3 %, lalu 5,4 %, kemudian 5,4 %, berlanjut ke 5,5 %, dan akan mencapai 5,5 % pada 2024 .

Skenario selanjutnya masuk ke dalam skenario sedang yang memiliki rentang 5,4 hingga 6,1 %. Sementara untuk skenario terakhir termasuk dalam kategori tinggi yang memiliki jarak pertumbuhan 5,5 sampai 6,5 %.

Reporter: Agatha Olivia Victoria