Realisasi investasi triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp 195,1 triliun atau tumbuh 5,3% dibanding triwulan I 2018 sebesar Rp 185,3 triiun. Pertumbuhan investasi dengan angka satu digit ini merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Realisasi investasi triwulan pertama sejak beberapa tahun terakhir tumbuh hingga dua digit, seperti pada 2014 yang tumbuh 14,6%; 2015 (16,7%); 2016 (17,6%), kemudian 2017 (13,17%), dan pada 2018 tumbuh 11,76%.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan jumlah investasi secara nominal masih terus meningkat bila dibandingkan triwulan I 2018 yang tercatat Rp 185,3 triliun.
Bahkan dia menyebut adanya perbaikan tren investasi. "Ini terus melihat tanda-tanda adanya recovery dalam tren investasi," kata Thomas dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (30/4).
Thomas mengatakan pada tahun lalu terjadi tren penurunan investasi di seluruh dunia. Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), investasi asing langsung mengalami penurunan sebesar 20% di seluruh dunia.
(Baca: Sejumlah Tantangan yang Bakal Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi)
Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan I 2019 pun baru mencapai Rp 107,9 triliun atau sebesar 22,3% dari target sebesar Rp 483,7 triliun. Investasi PMA tersebut melambat 0,9% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.
Bila dibandingkan triwulan sebelumnya, investasi PMA tumbuh 9%. Thomas mengklaim peningkatan PMA dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi lantaran keberlanjutan reformasi di bidang ekonomi, pemanfaatan Online Single Submission (OSS) yang lebih baik, dan intensifikasi pengawalan investasi.
Sementara, investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 87,2 triliun atau 28,3% dari target sebesar Rp 308,3 triliun. Investasi PMDN tumbuh 14,1% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Sementara dibandingkan triwulan sebelumnya, PMDN hanya tumbuh 0,3%.
(Baca: BKPM: Investasi Kuartal I Sedikit Lambat karena Investor Tunggu Pemilu)
BKPM juga mencatat, realisasi investasi (PMDN & PMA) berdasarkan lima lokasi tertinggi ialah Jawa Barat yang mencapai Rp 37,3 triliun atau 19,1% dari total investasi, Jakarta Rp 24,7 triliun atau 12,7%, Jawa Tengah Rp 21,4 triliun atau 11%, Jawa Timur Rp 12,6 triliun atau 6,5%, dan Banten Rp 12,5 triliun atau 6,4%.
Sedangkan, realisasi investasi berdasarkan lima sektor usaha terbesar ialah Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi sebesar Rp 37,3 triliun atau 19,1%, Listrik, Gas, dan Air Rp 33,2 triliun atau 17%, Konstruksi Rp 19,5 triliun atau 10%. Kemudian diikuti oleh Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Rp 18,8 triliun atau 9,7%, serta Pertambangan sebesar Rp 15,1 triliun atau 7,7%.
Dari asal negara, lima besar negara asal PMA ialah Singapura sebesar US$ 1,7 miliar atau 24%, Tiongkok US$ 1,2 miliar atau 16,1%, dan Jepang US$ 1,1 miliar atau 15,8%. Kemudian, Malaysia US$ 7 juta atau 9,8%) dan Hongkong US$ 6 juta atau 8,1%.
(Baca: Jokowi: Perizinan Investasi di Indonesia Masih Mahal)