Aliran masuk dana asing (capital inflow) ke pasar keuangan domestik masih berlanjut. Bank Indonesia (BI) mencatat aliran masuk ke saham, surat utang negara, dan surat utang swasta mencapai Rp 19,2 triliun sepanjang awal tahun ini hingga 24 Januari. Seiring kondisi tersebut, nilai tukar rupiah menguat paling besar terhadap dolar Amerika Serikat (AS), melebihi mata uang Asia lainnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dana asing yang masuk tergolong besar, meskipun ekonomi global masih tak menentu. “Negara-negara lain juga aliran portofolio asingnya tidak setinggi yang kita alami," kata dia di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (25/1).
(Baca: Stanchart Prediksi Tekanan ke Kurs Rupiah Menguat Setelah Triwulan I)
Menurut dia, besarnya aliran masuk dana asing menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dan kebijakan ekonomi Indonesia, baik yang ditempuh pemerintah, BI, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia pun optimistis kepercayaan pasar akan terus meningkat.
Melihat perkembangan ini, Perry memperkirakan nilai tukar rupiah akan terus bergerak stabil bahkan cenderung menguat. Adapun nilai tukar rupiah ditutup di level 14.092 pada perdagangan di pasar spot, Jumat (25/1). Ini artinya, rupiah menguat 2,07% dibandingkan posisi penutupan akhir tahun lalu (year to date). Penguatan ini paling besar di antara mata uang Asia lainnya.
(Baca: Ada Empat Faktor, Gubernur BI Lihat Rupiah Bisa Terus Menguat)
Baht Thailand dan yuan Tiongkok tercatat menguat masing-masing 1,99% dan 1,68%. Sementara itu, dolar Singapura dan ringgit Malaysia menguat masing-masing sebesar 0,4% dan 0,19%. Di sisi lain, yen Jepang, dolar Hong Kong, dolar Taiwan, won Korea Selatan, peso Filipina, dan rupee India tercatat melemah. Pelemahan terbesar dialami rupee India dan won Korea Selatan yaitu masing-masing sebesar 2,01% dan 0,93%.