(Baca: Naik atau Turunnya Bunga AS Dinilai Bakal Mengancam Ekonomi Indonesia)

Namun, para ekonom berulang kali memberikan peringatan terkait aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Peringatan di antaranya datang dari mantan Menteri Keuangan Chatib Basri lewat tulisannya “This Time Is (Not) Different”. Menurut dia, arus masuk dana asing yang terjadi -- setelah adanya sinyal bahwa kenaikan bunga acuan AS tidak akan agresif -- perlu ditanggapi secara hati-hati. Ini berkaca dari pengalaman sebelumnya.

“Arus modal yang masuk, dalam jangka pendek memang mendorong perekonomian EM (emerging market/negara ekonomi berkembang), namun ia tak berkesinambungan. Ketika The Fed (bank sentral AS) melakukan normalisasi kebijakan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga, maka terjadi arus modal keluar,” kata dia.

(Baca: Prediksi Berbeda Ekonom Tentang Arah Kebijakan Bunga Acuan BI di 2019)

Dampak dari arus keluar modal asing: pasar keuangan terguncang, nilai tukar mata uang jatuh, terutama di negara-negara yang defisit transaksi berjalannya dibiayai oleh aliran modal asing ke pasar modal (investasi portofolio). Indonesia salah satunya. Adapun hingga saat ini, Indonesia masih bergelut dengan problem defisit transaksi berjalan.

Maka itu, ia menilai pemerintah perlu melakukan beberapa langkah guna menekan risiko tersebut. Langkah yang dimaksud di antaranya mendorong lebih banyak investor lokal masuk ke pasar obligasi dan saham agar tidak bergantung pada pembiayaan eksternal, pembuatan produk baru, hingga reverse tobin tax.

Halaman: