Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai di atas 5,2%. Jokowi mengatakan hal tersebut setelah diberitahu oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat menghadiri acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018.
"Pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa di atas 5%. Tadi saya dibisiki oleh Pak Menko Perekonomian (Darmin)," kata Jokowi di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (28/12).
Menurutnya, perekonomian Indonesia tengah dalam tahap transisi dari yang sebelumnya konsumtif menjadi produktif. Padahal, kondisi ekonomi global sedang fluktuatif, namun perekonomian Indonesia juga mampu meningkatkan kualitasnya.
Presiden mengatakan, optimisme pertumbuhan ekonomi tahun ini merupakan buah dari kolaborasi dan sinergi antara tiga sektor sekaligus. Sektor yang dia maksud adalah sektor moneter, fiskal, dan riil. Meski begitu, besaran pertumbuhan ekonomi ini masih dihitung pastinya.
"Yang penting bukan hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga yang berkaitan dengan inflasi," kata Jokowi menambahkan.
(Baca juga: Ditutup Presiden Jokowi, IHSG Naik tipis 0,06%)
Jokowi memastikan inflasi tahun 2018 berada di sekitar level 3%. Menurutnya, rendahnya inflasi tahun ini merupakan sebuah angka yang menunjukkan upaya pengendalian harga dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, Bank Indonesia, dan sektor riil di lapangan secara efektif.
"Angkanya di sekitar 3%, berapa (pastinya) tidak tahu. Yang pasti, di bawah tahun lalu (sebesar 3,61%)," kata Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, Darmin mengatakan pertumbuhan ekonomi di Triwulan IV-2018 memang umumnya lebih aktif dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,17%. Adapun, tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi oleh Darmin berada di level 5,3% hingga 5,4%.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi di tahun depan, Presiden mengatakan akan menyederhanakan kebijakan-kebijakan yang bisa memberikan kemudahan dan kepastian pada investasi, kepada sektor usaha, dan pada sektor rill, terutama yang berorientasi pada ekpsor atau investasi mengganti barang-barang subtitusi impor. Hal itu untuk mendorong perbaikan neraca perdagangan Indonesia.
Jokowi juga tidak menutup kemungkinan adanya relaksasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Untuk itu Jokowi memastikan ada evaluasi, koreksi, dan tambahan-tambahan kebijakan. Relaksasi kebijakan tersebut diharapkan mampu mempercepat investasi. "Arahnya ke sana," kata Jokowi.
(Baca: Terkerek Tarif Pesawat, Survei BI Inflasi Pekan IV Desember 0,56%)