Harga BBM dan Listrik Berpotensi Naik di 2019, Inflasi Bisa Melambung

Arief Kamaludin|KATADATA
Petugas pengisian bahan bakar melayani pembeli di sebuah SPBU di Jakarta.
4/12/2018, 15.19 WIB

Beberapa ekonom melihat adanya kemungkinan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) tahun depan. Hal itu lantaran harga minyak dunia masih berpotensi kembali naik. Bila kebijakan tersebut diambil pemerintah, target inflasi yang sebesar 2,5-4,5% berisiko terlewati.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam meramalkan kenaikan harga BBM dan TDL pada Mei atau Juni tahun depan sehingga akan ada tekanan inflasi pada semester II. “Inflasi tahun 2019 akan ada di kisaran 4,5-5,5 %," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (4/12).

(Baca juga: Menko Darmin Lihat Peluang Inflasi Sentuh 2% Tahun Ini)

Ia menjelaskan, kenaikan harga BBM dan TDL akan berdampak ke banyak hal dalam perhitungan inflasi. Efek pertama akan memengaruhi komponen/keranjang inflasi itu sendiri. Efek berikutnya, kenaikan BBM dan TDL akan berdampak pada kenaikan harga banyak komoditi, mulai dari harga transportasi yang merambat ke ongkos produksi dan kemudian berujung ke harga barang-barang konsumsi, termasuk pangan.

Bila pun pemerintah tidak menaikkan harga BBM dan TDL, ia memprediksikan inflasi sesuai target, yaitu di level 3,5%. "Hanya naik sedikit dari tahun ini," ujarnya. Tahun ini, pemerintah dan BI memperkirakan inflasi berada di level 3,2%, sementara Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memprediksikan inflasi lebih rendah yaitu sedikit di bawah 3%.

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira juga melihat kemungkinan harga BBM naik tahun depan sehingga inflasi bergerak ke arah 4-4,75%. "BBM naik transmisinya langsung terasa ke daya beli masyarakat kelas bawah, harga bahan makanan juga naik karena imbas biaya logistik disesuaikan," ujarnya.

(Baca juga: Dongkrak Kepercayaan Konsumen, Peretail Minta Pemerintah Jaga Inflasi)

Selain imbas kenaikan harga BBM, inflasi juga berpotensi terkerek oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Meski nilai tukar rupiah kini menguat, ia melihat masih adanya risiko pelemahan kembali ke depan karena melebarnya defisit neraca transaksi berjalan.

Inflasi bisa saja sesuai target bila harga BBM tidak jadi naik lantaran harga minyak dunia turun dan kurs rupiah stabil. Meskipun, menurut dia, harga minyak berpeluang naik seiring meredanya perang dagang. "(Harga minyak dunia) masih fluktuatif," ujarnya.

Melansir dari Tempo.co, Menko Darmin juga sempat mengisyaratkan adanya peluang kenaikan harga BBM pada pertengahan 2019. Perkiraan tersebut lantaran pemerintah berupaya fokus menekan defisit transaksi berjalan. "Kalau soal harga BBM ya nanti lah. Ini kan paling juga setelah, dalam pertengahan tahun naik," kata dia di kantornya, Jumat (30/11) pekan lalu.