Pemerintah membatalkan rencana penerbitan surat berharga negara berupa surat utang negara (SUN) dan surat berharga syariah negara (SBSN/Sukuk Negara) pada sisa tahun ini. Alasannya, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, penerimaan negara hingga November ini sudah membaik. Bahkan, defisit anggaran tahun ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2017, yaitu sekitar 1,8 hingga 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kami lihat dari penerbitan kemarin dan alternatif pembiayaan yang kami miliki sudah mencukupi dari sisi formula, karena penerimaan sudah bagus," kata dia di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis (22/11).
Hingga akhir tahun nanti, pemerintah sebenarnya berencana menggelar empat kali lelang surat berharga negara untuk menambal pembiayaan anggaran 2018. Perinciannya, penerbitan SBSN pada 27 November dan penerbitan SUN tanggal 4 Desember mendatang. Kemudian, lelang penerbitan SBSN pada 11 Desember serta penerbitan SUN tanggal 18 Desember 2018.
Namun, realisasi pendapatan negara ternyata lebih besar ketimbang belanja negara hingga akhir Oktober lalu. Realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.483,9 triliun atau 78,3 persen terhadap target APBN 2018.
(Baca juga: ADB: Pasar Obligasi Indonesia Tumbuh Paling Tinggi di Asia Timur)
Pendapatan tersebut berasal dari penerimaan perpajakan (pajak serta kepabeanan dan cukai) sebesar Rp 1.160,66 triliun atau 71,73 persen dari target, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 315,44 triliun atau 114,53 persen dari target, dan hibah Rp 7,77 triliun atau 648,84 persen dari target.
Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp 1.720,85 triliun atau 77,5 persen dari target. Artinya, belanja tersebut tumbuh 11,9 persen secara tahunan. Alhasil, defisit anggaran per akhir Oktober 2018 lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 298,3 triliun atau 2,19 persen terhadap PDB.
Sementara, realisasi pembiayaan hingga akhir Oktober 2018 tercatat Rp 320 triliun atau 98,2 persen dari target APBN sebesar Rp 325,9 triliun. Adapun realisasi pembiayaan utang sebesar Rp 333,7 triliun atau 83,6 persen dari target.
Dari realisasi tersebut, penerbitan SBN mencapai Rp 343,2 atau 82,8 persen dari target dalam APBN. Jumlah pembiayaan SBN tersebut menurun 16,6 persen dibandingkan tahun lalu.