Kurs Rupiah Terlalu Lemah, Nilai Fundamental Rp 14.200 per Dolar AS

Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah dipatok pada level Rp11.722 per dolar AS, melemah 0,14% dibandingkan
9/11/2018, 12.00 WIB

(Baca juga: Biayai Akuisisi Freeport, Inalum Jual Obligasi Global Berbunga Tinggi)

Hal ini tercermin dari penjualan obligasi global (global bond) oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang banjir peminat hingga kelebihan permintaan (oversubscribed) 4-7 kali. "Inalum bukan main permintaannya, relatif tinggi dibandingkan dengan yang ada di global," ujar dia.

Dari sisi domestik, pengaktifan pasar valas berjangka Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) disebutnya turut menguatkan rupiah. "Kalau lagi menguat, (DNDF) bisa memepercepat penguatan. Kalau rupiah melemah, (DNDF) juga bisa membuat pelemahan lebih cepat," kata dia. Selain itu, ia menduga penguatan rupiah terjadi karena adanya dorongan dari BI.

Adapun penerbitan global bond baik oleh pemerintah ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga turut memperkuat nilai tukar rupiah. Sejumlah BUMN mulai mencari dolar dari luar negeri lewat penerbitan global bond, bukan membeli dolar dari bank domestik.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) merencanakan penawaran global bond, namun urung dilaksanakan. Kemudian, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga menawarkan global bond senilai US$ 1,5 miliar. "Jadi membantu rupiah menguat," ujar dia.

Adapun pada perdagangan Jumat (9/11), nilai tukar rupiah diperdagangkan di kisaran 14.600 per dolar AS, lebih lemah dibandingkan hari sebelumnya yang sempat menyentuh level 14.400-an dan ditutup di kisaran 14.500 per dolar AS.

Halaman: