Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,18% pada September 2018, melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,05%. Alhasil, inflasi sepanjang Januari-September menjadi sebesar 1,94%, sedangkan secara tahunan (year on year) sebesar 2,88%. Deflasi pada September terutama dipicu oleh penurunan lebih lanjut harga bahan makanan.
“Menurut kelompok pengeluaran terjadi dua deflasi, yakni bahan makanan 1,62% dengan andilnya 0,35% dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan deflasi 0,05% dengan sumbangan 0,01%," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (1/10).
Berbagai bahan makanan yang mengalami deflasi yaitu daging ayam ras yang memberikan andil 0,13%, harga bawang merah yang memberikan andil 0,05%, ikan segar sebesar 0,04% dan tomat sayur, cabai merah, serta telur ayam 0,03%, cabai rawit 0,02%. Sementara beras maupun kentang mengalami inflasi sebesar 0,01%.
(Baca juga: Kementan Klaim Data Produksi Daging Ayam Surplus)
Deflasi juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, terutama karena penurunan tarif angkutan udara, dengan andil sebesar 0,02%.
Di sisi lain, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau masih mengalami inflasi 0,29%. Penyebabnya, kenaikan harga pada mie instan, rokok kretek, dan filter yang masing-masing sebesar 0,01%.
Kelompok perumahan, air, gas, listrik, dan bahan bakar juga mengalami inflasi, dengan andil sebesar 0,05%. Begitu juga kelompok sandang dengan andil sebesar 0,02%, dan komoditas, yaitu emas perhiasan dengan andil 0,01%.
Kemudian, kelompok kesehatan mengalami inflasi dengan andil 0,02%. Begitu juga kelompoj pendidikan, rekreasi, dan olahraga inflasi 0,04%. Khusus pendidikan, andil terbesar dari kenaikan uang kuliah. "Ada kenaikan biaya pendidikan akademi dan perguruan tinggi," kata Suhariyanto.
Dari 82 kota yang masuk dalam perhitungan indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 66 kota di antaranya mengalami deflasi sedangkan 16 kota lain terjadi inflasi. Untuk deflasi tertinggi berada di Parepare yaitu sebesar 1,59%. Sedangkan yang terendah di Tegal, Singkawang, Samarinda dan Ternate sebesar 0,01%.
Di sisi lain, inflasi tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,59% dan inflasi terendah terjadi di Bungo sebesar 0,01%. "Bengkulu karena masih ada kenaikan angkutan udara. Ada Festival Tabut ini menyebabkan angkutan udara meningkat," ujar dia.