Menanti Reaksi Obat Penguat Rupiah Racikan Pemerintah

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung membuka Executive Leadership Program bagi direksi BUMN di Istana Negara, Jakarta, 25 Januari 2017.
Penulis: Rizky Alika
4/9/2018, 12.12 WIB

Selain itu, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga berkoordinasi menjaga suplai dolar AS bagi kebutuhan pembayaran utang valas PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). (Baca juga: Sri Mulyani Periksa Penyebab Laba PLN dan Pertamina Merosot)

Upaya penguatan rupiah juga dilakukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). KSSK berjanji akan menindak spekulan yang memanfaatkan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS untuk kepentingan yang terlegitimasi maupun sekadar spekulasi. Oknum-oknum ini akan ditelusuri.

Sementara itu, kalangan ekonom menilai bahwa racikan obat dari pemerintah belum pas kalau tujuannya ingin menyembuhkan rupiah seketika. Lagi-lagi, mereka mempertimbangkan dinamika perekonomian dunia yang sukar diprediksi bahkan tetiba bisa menimbulkan terapi kejut.

Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam mengatakan, usaha menstabilkan kurs rupiah di tengah iklim ekonomi global yang tak menentu tidaklah mudah. Tidak mungkin pula untuk memperkuat nilai tukar mata uang Garuda dalam waktu singkat. "Pasti akan membutuhkan waktu yang cukup panjang," katanya kepada Katadata.co.id.

Piter menilai lebih spesifik soal pengendalian barang konsumsi impor dan pewajiban B20, menurut dia, dampaknya baru terasa secara efektif paling tidak tiga sampai enam bulan ke depan. Asumsi inipun bersyarat, asalkan tak ada tekanan mendadak yang semakin menjatuhkan pamor rupiah.

Pendapat yang sama berlaku untuk kebijakan di sektor pariwisata yang ditujukan untuk mengungkit devisa. Strategi ini tidak bisa berbuah cepat. "Kita semua tahu, upaya mendorong pariwisata menjadi program jangka panjang Kemenpar. Itupun hasilnya belum banyak terwujud," ujar Piter.

Direktur CORE Mohammad Faisal berkomentar pula soal upaya memacu pariwisata. Menurutnya, pemerintah perlu menetapkan target jumlah wisatawan dan spending mereka selama bertandang ke Indonesia. Guna meningkatkan ketertarikan pelancong bisa dirangsang dengan menggelar aneka atraksi lokal.

(Baca juga: 2019, Industri Pariwisata Dibidik Hasilkan Devisa US$ 20 Miliar)

Adapun soal B20, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengutarakan bahwa apabila target yang dibidik adalah mempertahankan daya saing Indonesia di pasar ekspor maka kebijakan ini perlu diterapkan jangka panjang. Untuk merasakan dampak positifnya jelas butuh waktu. "Bisa dilihat dampaknya paling tidak tahun depan dan seterusnya," kata dia.

(Baca juga: Jurus OJK Pacu Ekspor dan Tingkatkan Perolehan Devisa)

Indonesia membutuhkan pasokan dolar AS untuk memperkuat kinerja perekonomian. Manakala devisa terdongkrak niscaya lebih mudah menyelesaikan perkara defisit neraca berjalan maupun pembayaran. Efek samping lainnya ialah stamina rupiah menguat. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa obat butuh waktu untuk bereaksi.

Halaman: