Penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diprediksikan dapat memicu inflasi pada tahun depan menyentuh 4,5%. Angka ini setara dengan batas atas target RAPBN, yakni 2,5% - 4,5%.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Anton Gunawan mengatakan, peningkatan harga BBM akan menjalar kepada penaikan harga pangan sehingga inflasi terkerek. Peluang penaikan harga bensin diprakirakan karena lonjakan harga minyak dunia.
"Mau tidak mau setelah pemilihan umum, pemerintah harus adjust harga BBM secara gradual," katanya di dalam paparan Proyeksi Makroekonomi Bank Mandiri, di Jakarta, Kamis (30/8).
(Baca juga: Ekonom Proyeksikan Inflasi Tahun Depan 3,7% - 3,9%, Ini Asumsinya)
Selain BBM, Anton juga memprediksi indeks harga produsen (IHP) akan meningkat. IHP merupakan cerminan inflasi yang dirasakan produsen. Penaikan indeks harga produsen terpengaruh harga bahan baku yang terkerek.
"Entah (harga bahan baku) karena pelemahan rupiah atau BBM yang tidak disubsidi," ujar Anton. Kondisi ini membuat produsen mengurangi cuan atau menekan biaya produksi. Dan tak bisa dipungkiri pada titik tertentu produsen harus melakukan penyesuaian harga.
Sebelumnya, Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira memproyeksikan inflasi pada tahun depan sekitar 3,7% - 3,9%. Depresiasi rupiah bakal berimbas kepada inflasi barang impor (imported inflation), pasalnya terdapat bahan pangan yang masih bermuatan impor.