Indonesia berpeluang masuk indeks surat utang (obligasi) global: Bloomberg Barclay's US Agregat Index Bonds. Kajian oleh pihak terkait kabarnya sudah dilakukan pada Oktober-November 2017 lalu. Para ekonom mengatakan, jika Indonesia masuk indeks tersebut, surat utang pemerintah bakal makin banyak dilirik investor.
"Ada pembahasan kemungkinan Indonesia masuk ke Bloomberg Barclay's US Agregat Index Bonds. Ibaratnya, Indonesia masuk di bursa yang baru. Kabarnya, bisa terjadi akhir bulan ini," kata Head of Intermediary PT. Schroders Investment Management Indonesia Teddy Oetomo di WTC, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia pun menilai ada potensi besar dana segar bisa masuk pasar surat utang pemerintah, jika Indonesia berhasil masuk indeks tersebut. “Besar sih potensinya (dana segar) kalau sampai masuk indeks,” ucapnya. Namun, Teddy menekankan, belum ada kepastian soal masuknya Indonesia di indeks tersebut. (Baca juga: Utang Luar Negeri Dongkrak Cadangan Devisa Cetak Rekor di Akhir 2017)
"Ini spekulasi pemain treasury bond, sama seperti dulu Standard and Poor's jadi atau tidak (menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi layak investasi). Saya tidak tahu. Suatu hari saya kira masuk. Tapi kapan? Saya tidak tahu," ucapnya.
Yang jelas, ia berpendapat Indonesia punya peluang masuk indeks tersebut. Sebab, fundamental ekonomi Indonesia membaik. Hal itu tercermin dari keputusan lembaga pemeringkat internasional yang menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi layak investasi.
Belakangan, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings bahkan menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB dengan prospek stabil. Peringkat ini satu level di atas batas bawah layak investasi.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memprediksi, potensi dana segar yang bisa masuk ke pasar surat utang Indonesia mencapai lebih dari US$ 5 miliar. Sebab, para manajer investasi di dunia menjadikan indeks-indeks obligasi global sebagai acuan penempatan dana. Kondisi ini bakal menguntungkan Indonesia yang tengah membutuhkan banyak dana untuk proyek Infrastruktur.
"Dia (indeks obligasi global) akan dilihat banyak investor. Dana itu (yang masuk) bisa dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur," kata David. Setelah itu, pemerintah juga bisa memanfaatkan dana segar dari penerbitan surat utang untuk mendukung proyek manufaktur yang berorientasi ekspor. (Baca juga: Komodo Bond Buktikan Investor Asing Percaya Proyek Infrastruktur)
Senada dengan Teddy, David pun optimistis Indonesia bisa masuk indeks obligasi global lantaran peringkat utang jangka panjang Indonesia sudah layak investasi. Selain itu, dibandingkan dengan Tiongkok, pasar surat utang Indonesia juga lebih likuid dan terbuka.
Ia berharap, dengan masuknya Indonesia dalam indeks tersebut, investor asing tidak hanya masuk ke surat utang pemerintah alias surat berharga negara (SBN), tapi juga korporasi. "Kepemilikan asing (di surat utang pemerintah) sudah 40%, di (surat utang) korporasi hanya 5%. Pelan-pelan ajak investasi di corporate bond dan pelan-pelan (kepemilikan asing) di SBN dikurangi,” ucapnya.
(Baca juga: Asing Miliki 40% Surat Utang Negara, Pemerintah Diminta Waspada)
Dikutip dari Bloomberg, Research Analyst di Goldman Sachs Group Inc Danny Suwanapruti juga menyebut adanya potensi dana segar sekitar US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar bisa masuk pasar obligasi pemerintah jika Indonesia berhasil masuk indeks global. Imbal hasil (yield) yang menarik dan komitmen pemerintah melakukan reformasi struktural, menjadi alasan besarnya peluang Indonesia masuk.
Wakil Kepala Surat Utang negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market) Amundi Asset Management Sergie Strigo menilai, di Asia, dua negara yang benar-benar likuid obligasi dolar AS-nya, yaitu Indonesia dan Filipina. Untuk itu, menurut dia obligasi keduanya menarik untuk dikoleksi.