Defisit anggaran baru mencapai Rp 298,9 triliun atau 2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per akhir Oktober lalu. Realisasi tersebut jauh lebih rendah dari prediksi yang sebesar 2,67% terhadap PDB, ataupun target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 yaitu 2,92% terhadap PDB.
Berdasarkan data yang diperoleh Katadata, penerimaan negara tercatat Rp 1.238,2 triliun atau 71,3% dari target Rp 1.736,1 triliun. Di sisi lain, belanja negara tercatat Rp 1.537,1 triliun atau 72,1% dari target Rp 2.133,3 triliun.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah masih yakin defisit anggaran sesuai prediksi yaitu 2,67% terhadap PDB, dengan realisasi belanja negara berkisar 94-95% dari target.
“Kalau APBNP memberi kami (ruang defisit) sampai dengan 2,92% terhadap PDB. Tetapi kami masih yakin outlook defisitnya di 2,67%,” kata Suahasil di kantornya, kemarin (13/11). (Baca juga: BPJS Kesehatan Klaim Defisit Rp 9 Triliun Akan Ditambal APBN 2017)
Untuk menjaga defisit, menurut Suahasil, belanja negara akan terus disesuaikan dengan realisasi penerimaan. “Pengeluarannya kami lihat, tidak semuanya bisa lakukan pengeluaran yang cepat,” ucapnya.
Sumber utama penerimaan negara yaitu dari perpajakan (pajak dan bea cukai) memang masih seret. Per Oktober lalu, realisasi penerimaannya baru mencapai Rp 991,2 triliun atau 67,3% dari target yang sebesar Rp 1.472,7 triliun. (Baca juga: Penerimaan Kurang Rp 426 Trliun, Ditjen Pajak Andalkan 4 Pemasukan)
Di sisi lain, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sudah mencapai Rp 244,3 triliun atau 93,9% dari target yang sebesar Rp 260,2 triliun. Sementara itu, hibah Rp 2,7 triliun atau 87,2% dari target Rp 3,1 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati enggan berkomentar banyak perihal penerimaan yang masih jauh dari target. "Kami akan kerja keras," ucapnya, pekan lalu.