Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan, pemerintah akan segera mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini dikatakan Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan tadi malam (26/10).

Ia menjelaskan, kebijakan ini akan diambil oleh beberapa Kementerian serta Lembaga (K/L). Terkait dengan rencana kebijakan ini, pemerintah akan melakukan sosialisasi yang sama masifnya dengan masa ketika program pengampunan pajak (tax amnesty) diluncurkan.

"Pemerintah akan mengeluarkan suatu kebijakan bagaimana meningkatkan daya beli berdasarkan input kami," ujarnya. (Baca: Gerai Lotus Tutup, Sri Mulyani Siapkan Kebijakan Dorong Bisnis Retail)

Rosan mengaku tidak menganggap bahwa pelemahan daya beli yang terlihat saat ini, terjadi lantaran adanya perpindahan transaksi langsung ke transaksi online. Oleh sebab itu suatu rencana aksi memang perlu diambil pemerintah dan pengusaha untuk kembali meningkatkan kepercayaan dalam mengeluarkan uang.

"Sebenarnya kontribusi ekonomi digital kurang dari 3% (dari perekonomian RI), tapi memang ini masalah confidence," ujarnya.

Rosan juga menjelaskan bahwa pengusaha memberi masukan seperti pemberian waktu satu pekan untuk meniadakan Pajak Penambahan Nilai (PPN). Hal ini menurutnya akan meningkatkan minat masyarakat untuk berbelanja. Mekanisme untuk menerapkan hal ini sedang dibuat oleh pemerintah.

Anggapan adanya pelemahan daya beli saat ini sudah terlihat pada pusat perbelanjaan dan perusahaan retail. Dampak pelemahan daya beli ini membuat beberapa gerai retail tutup. (Baca: Susul Ramayana, Matahari dan 7-Eleven, MAP Tutup Gerai Lotus)

Bos Lippo Group James Riady mengatakan penutupan gerai retail saat ini merupakan hal yang biasa. Apalagi, menurutnya sektor retail saat ini menghadapi siklus perubahan konsumsi masyarakat. Namun dia beranggapan pola konsumsi saat ini merupakan prospek yang sangat baik.

"(Dari sisi Matahari) ada yang terus dikembangkan (retail) namun online akan dikembangkan agresif, jadi paralel," katanya.