Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan neraca dagang Agustus bakal surplus sekitar US$ 600 juta. "Didorong oleh komoditas," kata dia kepada Katadata.

Selain batu bara, harga komoditas karet juga tercatat naik. Hal itu diklaim seiring dengan peningkatan permintaan dari industri otomotif. Namun, kenaikan harga komoditas tersebut belum tentu terus berlanjut. (Baca juga: Indonesia Andalkan Otomotif untuk Tutup Defisit dengan Vietnam)

Ia mengimbau, jika pemerintah ingin efek dari harga komoditas ini tetap positif terhadap ekspor maka Indonesia harus konsisten dalam menjajaki kerja sama jalur sutera modern one belt one road (OBOR) yang diinisiasi Cina. "Sekarang kan belum ada kepastian," kata David.

Pada Juli, defisit neraca dagang mengalami defisit US$ 271,2 juta lantaran impor naik lebih tinggi dari ekspor. Nilai ekspor tercatat hanya US$ 13,62 miliar atau naik 41,12% secara tahunan (year on year/yoy). Sementara nilai impor tercatat sebesar US$ 13,89 miliar atau naik 54,02%.

Tingginya impor tersebut disebabkan oleh kenaikan signifikan impor bahan baku atau penolong dan barang modal. Impor bahan baku atau penolong naik 52,94% secara tahunan. Sedangkan impor barang modal naik 62%.

Halaman: