Bank Indonesia (BI) optimistis angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2017 ini akan lebih baik jika dibandingkan dengan kuartal I lalu. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan empat faktor yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal II lebih tinggi.
Pertama, pengeluaran pemerintah yang sudah jauh lebih baik. Memang, perbaikan ini sudah dimulai sejak kuartal I 2017 ini jika dibandingkan kuartal IV 2016. Perbaikan belanja pemerintah ini akan terus berlanjut dan bisa berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi kuartal II.
Kedua, adalah dari sisi investasi. Mirza melihat sudah mulai ada peningkatan investasi di kuartal II. Namun, Ia tidak menjelaskan lebih lanjut terkait peningkatan investasi tersebut. Ketiga, angka ekspor-impor yang terus berkontribusi positif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). (Baca: Terdorong Ramadan, BI Ramal Ekonomi Kuartal II Tumbuh 5,1%)
Keempat, secara musiman, aktivitas ekonomi di kuartal II ini akan lebih baik dibanding kuartal sebelumnya. Tren yang terjadi Indonesia, pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada kuartal I, kemudian naik di kuartal II. "Jadi kuartal II, sesuai pola dari seasonality. Biasanya kan kuartal I aktifitas ekonomi belum mulai, kuartal II aktivitas ekonomi sudah membaik," ujar Mirza saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (19/5).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuatal I 2017 mencapai 5,01 persen. Pencapaian tersebut lebih tinggi dibanding proyeksi Bank Indonesia (BI) yang meramalkan pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen lantaran melihat seretnya penjualan ritel. Sementara, pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2016 mencapai 5,18 persen.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, penjualan ritel memang tumbuh melambat, namun laju ekonomi masih bisa disokong oleh stabilnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Selain itu, ada peningkatan kinerja ekspor dan belanja lembaga nonprofit terkait pemilihan umum kepala daerah (Pilkada).
Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen, sedikit lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yaitu 4,97 persen. Namun, perannya tetap signifikan terhadap laju ekonomi lantaran kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 57 persen. (Baca: Pemerintah Bidik Ekonomi 2018 Tumbuh 6,1%, Ketimpangan Menciut)
Penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tampak dari impor barang konsumsi dan transaksi kartu kredit yang tumbuh melambat. “Impor barang konsumsi tumbuh 5,61 persen. Juga lebih rendah dari tahun lalu 24,1 persen. Transaksi dengan kartu kredit juga turun,” kata Suhariyanto saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (5/5).