Ekonomi Lambat, OJK Revisi Pertumbuhan Kredit Jadi 7 Persen

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Desy Setyowati
21/10/2016, 15.20 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pesimistis dengan pertumbuhan kredit tahun ini. Awalnya, OJK masih yakin pertumbuhan kredit 10 - 12 persen, namun proyeksi tersebut direvisi menjadi tujuh persen.

“Kalau range-nya dilonggarkan menjadi 6 - 8 persen,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Haddad usai rapat dengan dengan Menteri Keuangan di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2016. (Baca: Kredit Masih Lemah, Pemerintah Didorong Turun Tangan).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini masih melambat. Karena itu, ia melihat permintaan kredit akan rendah. Pada Agustus lalu, kredit hanya tumbuh 6,8 persen, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang menembus 7,74 persen. Karena itu, dia sempat menduga bisnis pembiayaan bisa lebih baik.

Namun, secara umum, Muliaman melihat stabilitas sistem keuangan masih baik, meskipun rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) sudah mencapai 3,2 persen secara gross dan 1,4 persen nett. Besaran NPL ini wajar mengingat pertumbuhan kredit dan ekonomi memang melambat. 

Selain itu, Muliaman juga memastikan bahwa perbankan sudah menyediakan pencadangan (provisi) dalam jumlah besar. Dia pun yakin bank punya kemampuan untuk menyerap risiko yang mungkin terjadi. Ke depan, ia yakin pertumbuhan kredit akan membaik setelah kenaikan permintaan di dalam negeri.  Pangkas Suku Bunga, BI Tak Khawatir Efek Bank Sentral Amerika).

Pada 2015 memang agak berat, tapi kalau 2016 memang tahun pemulihan,” ujar Muliaman.

Sementara itu, Bank Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di batas bawah target, yakni 4,9 - 5 persen di kuartal tiga 2016. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makro Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan daya beli sedikit menurun.

Hal tersebut terlihat dari berkurangnya impor atau upah buruh yang stagnan. Namun pertumbuhan konsumsi rumah tangga diyakini masih stabil di kisaran lima persen pada kuartal tiga 2016. (Baca juga: Pacu Kredit, BI Agresif Pangkas Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen).

Untuk mendorong permintaan masyarakat, bank sentral memangkas kembali suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen, kemarin. Hasilnya, BI 7Days Repo Rate berada pada posisi 4,75, jauh menurun dibanding awal tahun 7,25 persen. Ia berharap pelonggaran ini akan cepat ditransmisikan terhadap suku bunga perbankan baik deposito atau kredit, sehingga mendorong konsumsi rumah tangga dan investasi swasta.

Dalam catatannya, suku bunga deposito sudah menurun 1,08 persen. Sayangnya suku bunga kredit baru menurun 0,6 persen. Juda memperkirakan, suku bunga kredit bakal berkurang 0,15 - 0,2 persen lagi pada akhir tahun. Dengan begitu, Juda berharap permintaan korporasi terhadap kredit meningkat 7 - 9 persen pada akhir tahun. (Lihat pula: Banyak Perusahaan Berburu Pendanaan Murah dari Pasar Modal).