Neraca Pembayaran Defisit Tertekan Pelunasan Utang

Arief Kamaludin|KATADATA
13/5/2016, 15.32 WIB

Selain itu, defisit neraca pembayaran juga dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang menurun secara tahunan (year on year/yoy) dari US$ 5 miliar pada kuartal pertama 2015 menjadi hanya surplus US$ 4,2 miliar. Surplus ini dikontribusikan dari neraca investasi langsung yang menurun dari triwulan terakhir 2015 sebesar US$ 2,7 miliar menjadi US$ 2,2 miliar.

Begitu pula angka investasi portofolio yang anjlok secara signifikan secara yoy dari kuartal satu 2015 sebesar US$ 8,5 miliar menjadi US$ 4,4 miliar. “Hal-hal ini berkontribusi kepada penurunan surplus transaksi modal dan finansial kita,” kata Hendy.

Namun dia memprediksi angka-angka tersebut akan membaik pada kuartal kedua lantaran kondisi ekonomi yang membaik. Hal ini berpengaruh kepada banyak sektor manufaktur dan industri pengolahan. Sehingga nantinya ada perbaikan pada transaksi modal dan finansial. Hal tersebut sejalan dengan survei dunia usaha yang dilakukan bank sentral.

Perbaikan pada dunia usaha pada kuartal kedua mendatang juga diperkirakan oleh Kementerian Perindustrian. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawiryawan mengatakan salah satu industri manufaktur yang diprediksi membaik setelah pada kuartal satu mengalami kontraksi adalah industri otomotif.  (Baca juga: Menanti Sinyal Baik untuk Ekspansi, Utang Swasta Melambat).

Putu menjelaskan pada triwulan pertama, penjualan otomotif tercatat hanya 350 ribu unit, turun 10 ribu unit dari periode yang sama tahun lalu. Namun seiring dengan belanja modal pemerintah yang dipercepat maka dirinya optimis maka industri ini akan membaik pada kuartal II. “Proyek pemerintah jalan, akan terdorong semua termasuk otomotif,” kata Putu kepada Katadata kemarin. 

Halaman: