BI Rate Turun Jadi 7 Persen, Terendah dalam 2,5 Tahun

Agung Samosir|KATADATA
Penulis: Yura Syahrul
18/2/2016, 17.38 WIB

BI mencatat, penurunan BI rate hanya mampu mendongkrak pertumbuhan kredit tahun ini dari 10 persen menjadi 12,5 persen. Sedangkan jika ditambah dengan kebijakan menurunkan GWM maka pertumbuhan kredit bisa mencapai 14 persen. “Dengan penambahan GWM ini transmisi (kredit) akan lebih cepat,” kata Perry. Agus menambahkan, pertumbuhan kredit hingga saat ini masih 10,5 persen. Sedangkan BI menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini 12 persen sampai 14 persen.

Menurut Perry, permintaah kredit dipengaruhi berbagai faktor yaitu suku bunga dan keyakinan terhadap prospek bisnis. Kalau prospek bisnis baik maka permintaan kredit akan meningkat. Di sisi lain, dia melihat kebijakan stimulus fiskal berupa peningkatan pengeluaran pemerintah di awal tahun ini dapat mendukung perbaikan prospek bisnis. “Pemerintah mendorong kredit dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang mendorong permintaan kredit,” katanya.

(Baca: Langkah Baru BI Antisipasi Kenaikan Bunga Fed Rate)

Sebelumnya, para ekonom memang berharap bank sentral menurunkan BI rate menjadi 7 persen. Berdasarkan sejumlah indikator ekonomi, Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual menyatakan semestinya BI rate kembali dipangkas. “Saya pikir harusnya turun,” katanya kepada Katadata, Kamis. Menurut dia, sejauh ini kebijakan akomodatif atau pelonggaran moneter oleh BI mendapat respons positif oleh pasar. Hal ini mengindikasikan adanya kepercayaan bahwa fundamental ekonomi Indonesia membaik.

Penilaian yang sama datang dari ekonom Bank Mandiri. Mereka menyatakan arah kebijakan suku bunga sangat ditunggu pasar. “Berbagai indikator ekonomi terkini menunjukkan bahwa ruang bagi pemangkasan BI rate semakin terbuka,” demikian mereka menuangkannya dalam analisa hariannya.

Misalnya, realisasi laju inflasi sampai Januari lalu tercatat 4,14 persen, sejalan dengan target BI tahun ini yang sebesar tiga sampai lima persen. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat tahun lalu tercatat 5,04 persen, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,73 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya 4,8 persen. Sementara itu, kinerja neraca perdagangan membaik, yaitu surplus US$ 50,6 juta pada Januari lalu.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution