Utang Luar Negeri Tahan Penurunan Cadangan Devisa Akhir Tahun

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Yura Syahrul
8/12/2015, 17.24 WIB

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan cadangan devisa hingga akhir tahun nanti dapat bertahan di atas US$ 100 miliar. Di satu sisi, masih ada kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Rate) akan memperlemah rupiah sehingga bank sentral harus merogoh kocek untuk operasi pasar. Agar cadangan devisa tak tergerus lebih dalam, penarikan utang pemerintah dapat menambah pasokan valas di dalam negeri.

“Pada Desember, pemerintah baru saja menerbitkan obligasi global US$ 3,5 miliar. Itu akan menambah cadangan devisa,” kata David kepada Katadata, Selasa (8/12). Seperti diketahui, pemerintah untuk pertama kalinya menerbitkan obligasi global untuk kebutuhan pendanaan tahun depan (pre-funding) alias ijon, Rabu pekan lalu (2/12). Obligasi global berdenominasi dolar AS ini senilai US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 48 triliun.

(Baca: Pertama Kalinya, Ijon Surat Utang Rp 48 Triliun untuk Pembiayaan 2016)

Penerbitan surat utang ini merupakan bagian dari program Global Medium Term Notes (GMTN) pemerintah sebesar US$ 40 miliar. Ini juga bagian dari kebijakan pre-funding sesuai dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2015 tentang APBN tahun 2016 yakni menerbitkan SUN pada akhir tahun 2015 untuk menjamin ketersediaan pendanaan pada awal tahun anggaran 2016.

Saat ini, menurut David, hanya utang luar negeri yang bisa membantu terjaganya cadangan devisa. Ke depan, pemerintah harus berupaya meningkatkan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) untuk menambah pasokan valas di dalam negeri. “Harga minyak dan komoditas masih rendah. FDI dan utang pemerintah bisa menyeimbangkan (cadangan devisa),” katanya.

Selain itu, David melihat tekanan terhadap rupiah mulai berkurang. Namun, tren perlambatan ekonomi Cina akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia tahun depan. Faktor tersebut dapat memicu peningkatan dana asing keluar (capital outflow) sehingga memukul rupiah.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati