Kemampuan Bayar Utang Pemerintah dan Swasta Masih Lemah

Donang Wahyu|KATADATA
Penulis: Yura Syahrul
20/10/2015, 18.20 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total perdagangan selama Januari-September 2015 mencetak surplus US$ 7,53 miliar, dengan nilai ekspor US$ 115 miliar. Padahal, pada periode sama tahun lalu, nilai ekspor sekitar US$ 130 miliar meski mengalami defisit perdagangan. Di sisi lain, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2015 sekitar 4,8 persen-4,9 persen atau lebih tinggi dari kuartal II-2015 yang sebesar 4,67 persen. Sedangkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 5persen-5,2 persen.

(Baca: Impor Turun, Neraca Dagang Kembali Surplus US$ 1,02 Miliar)

Lantaran kemampuan membayar utang melemah, David meminta pemerintah dan pihak swasta mengerem penambahan utang. “Sebaiknya jangan terlalu agresif (berutang) dulu karena pertumbuhan ekonomi masih lemah, ekspor juga,” katanya kepada Katadata, Selasa (201/0). Kapasitas utang pemerintah memang masih besar karena rasio utang terhadap PDB di bawah 30 persen, sedangkan ruang swasta untuk berutang sudah hampir mentok. “Sudah off limit, terlalu tinggi.”

(Baca: Defisit Penerimaan Pajak Bisa Membengkak Hingga Rp 140 Triliun)

Di sisi lain, David menyarankan pemerintah mengerem belanja rutin ketimbang menambah utang baru untuk menutup defisit anggaran tahun ini. Apalagi, realisasi belanja pemerintah cenderung lambat sehingga penyerapan anggaran mungkin di bawah 90 persen. “Itu bisa membantu (pemerintah) tidak menambah utang terlalu besar,” katanya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati