Rupiah Menguat Tajam, Investor Perlu Waspada Terjadi Pembalikan Arah

Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta.
7/10/2015, 16.02 WIB

Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto mengatakan, penguatan rupiah ini juga berdampak positif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Seiring dengan aksi beli pemodal, nilai transaksi di pasar reguler meningkat signifikan mencapai Rp 6,12 triliun, jauh di atas rata-rata harian tahun ini yang hanya Rp 4,36 triliun di pasar modal.

“Ini merupakan penguatan harian terbesar sejak Mei 2012.  Penguatan rupiah atas dolar AS dan kenaikan IHSG dalam dua hari perdagangan terakhir mengindikasikan masuknya kembali pemodal asing ke aset berdenominasi rupiah,” kata dia.

Di pasar saham pembelian bersih asing kemarin mencapai Rp 844,83 miliar. “Aksi beli terutama melanda sejumlah saham berkapitalisasi besar yang bergerak di perbankan, otomotif, dan telekomunikasi,” ujar David. (Baca: Penguatan Rupiah yang Paling Tinggi di Asia)

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir. Terutama sentimen yang berasal dari indikator ekonomi di AS yang tidak sesuai ekspektasi.

“(Penguatan rupiah) itu tentu gabungan dari beberapa kebijakan. Salah satunya, kebijakan kami (paket kebijakan ekonomi). Yang kedua, dari AS karena dia (kemungkinan) tidak menaikkan tingkat bunga (tahun ini). Itu membuat pasar juga yakin, (ekonomi AS) enggak bagus-bagus amat,” kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (7/10).

Halaman: