Tekanan Harga Berkurang, September Deflasi 0,05 Persen

KATADATA | Arief Kamaludin
BPS mengumumkan terjadi delasi 0,05 persen pada September. Deflasi terjadi seiring mulai berkurangnya tekanan harga makanan setelah puasa dan lebaran.
1/10/2015, 11.10 WIB

KATADATA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang September terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Ini merupakan deflasi pertama setelah dalam enam bulan terakhir mengalami inflasi.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, deflasi terjadi karena tekanan harga pada kelompok bahan makanan mulai mengalami penurunan. Pada September, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,07 persen, sedangkan pada bulan sebelumnya masih mengalami inflasi 0,91 persen.

“Jadi setelah lewati puasa dan lebaran tentunya kontrol dari pemerintah kendalikan harga cukup bagus” kata Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (1/10).

Kelompok pengeluaran yang juga mengalami deflasi adalah transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang tercatat deflasi sebesar 0,40 persen.

Sementara kelompok pengeluaran lain masih mengalami inflasi, meskipun cenderung mengalami penurunan. Terkecuali pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar yang laju inflasinya mengalami kenaikan dari 0,16 persen pada Agustus menjadi 0,20 persen pada September. Begitu juga dengan kelompok sandang yang pada September tercatat inlasi sebesar 0,83 persen dari bulan sebelumnya sebesar 0,01 persen.

Suryamin menyampaikan, dilihat secara tahunan, inflasi September terhadap September tahun lalu (yoy) tercatat sebesar 6,83 persen, turun dibandingkan bulan lalu sebesar 7,18 persen. Inflasi ini masih di atas target Bank Indonesia (BI) sebesar 4 persen plus minus 1 persen karena masih membawa dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir tahun lalu.

Sementara inflasi yang berasal dari komponen inti, pada September tercatat sebesar 0,44 persen, turun dibandingkan Agustus 0,52 persen. Adapun secara tahunan justru mengalami kenaikan dari 4,92 persen menjadi 5,07 persen.

Sedangkan inflasi non-inti pada September, yakni komponen barang bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,25 persen, turun cukup tajam dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,95 persen. Sedangkan pada Juli masih tercatat sebesar 2,39 persen. Begitupula dengan inflasi yang berasal dari harga diatur pemerintah yang mengalami deflasi 0,40 persen.

Deflasi yang terjadi sepanjang September ini lebih rendah dari perkiraan BI. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, berdasarkan hasil survei minggu keempat, inflasi berada di kisaran 0,04 persen. Sedangkan secara yoy sebesar 6,9 persen. “Akhir tahun kami yakin bisa mencapai 4,3 persen,” kata dia di kantornya, kemarin.

Reporter: Desy Setyowati