KATADATA ? Kinerja ekspor mulai menunjukkan tren meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Agustus sebesar US$ 12,7 miliar, naik 10,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
?Di bulan-bulan akhir cenderung naik. Kami harapkan seperti itu,? kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo seusai konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (15/9).
Dari sisi impor, BPS mencatat kenaikan sebesar 21,7 persen sepanjang Agustus menjadi US$ 12,3 miliar. Alhasil terjadi surplus neraca perdagangan sebesar US$ 433,8 juta, meskipun yang terendah sejak awal tahun.
Kemungkinan surplus perdagangan masih akan terjadi dalam sisa tahun ini. Namun, pemerintah perlu mewaspadai lonjakan impor dari Cina, terutama akibat dampak devaluasi mata uang yuan. Pelemahan mata uang yuan tersebut membuat produk dari Cina menjadi relatif lebih murah. ?Kemungkinan dampaknya baru terlihat September ini,? kata Suryamin.
Terutama impor yang berasal dari barang konsumsi, seperti bahan makanan dan elektronik yang banyak diproduksi di negeri panda itu. Tren meningkatnya impor barang konsumsi terlihat sepanjang Agustus yang naik hingga 53 persen dari bulan sebelumnya. ?Cabe dan bawang putih itu kan impor dari Cina,? kata dia.
Kendati demikian, geliat industri dalam negeri juga menunjukkan peningkatan. Ini terlihat dari mulai naiknya impor bahan baku dan barang modal masing-masing sebesar 18,8 persen dan 23 persen. (Baca: Sinyal Mengkhawatirkan dari Data Perdagangan)
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, barang modal yang diimpor berupa mesin dan peralatan mekanik, serta mesin dan peralatan listrik. Ini menunjukkan adanya tren peningkatan produksi di dalam negeri. Selain juga sudah dimulainya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kepercayaan pengusaha terhadap upaya pemerintah membangun infrastruktur mulai meningkat. Ini dilihat dari mulai berjalannya beberapa proyek di lapangan. Ini pula yang membuat impor bahan baku mengalami kenaikan. Indikasinya, terlihat dari penjualan kendaraan dan semen yang mulai naik.
Optimisme juga berasal dari nilai tukar rupiah yang cenderung stabil. ?Kalau bergejolak kan pengaruh ke (impor). Keyakinan pemerintah mempercepat belanja walau belum sampai 50 persen (juga meningkat). Bulan ini sepertinya mulai digenjot,? kata David.