KATADATA ? Pemerintah menyatakan PT Pertamina (Persero) mengalami kerugian sebesar Rp 12 triliun dari menjual bahan bakar minyak (BBM). Kerugian ini dialami karena pemerintah tidak menaikkan harga BBM saat harga minyak naik dan nilai tukar rupiah melemah.
Menteri Energi Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan seharusnya harga BBM dinaikkan pada April kemarin. Namun, untuk menjaga daya beli masyarakat pemerintah sengaja tidak menaikkan harga BBM. Hal ini berdampak pada Pertamina yang harus menanggung selisih harga tersebut.
(Baca: Harga BBM Tetap Meski Harga Minyak Dunia Turun)
Sejak tahun ini, pemerintah memang sudah tidak lagi memebrikan subsidi untuk BBM jenis Premium dan hanya menganggung Rp 1.000 per liter untuk Solar. Saat kebijakan ini diberlakukan, kata Sudirman, dampaknya cukup positif terhadap Pertamina. Perusahaan bisa mendapat keuntungan hingga Rp 600 miliar dalam dua bulan.
"Tetapi bulan berikutnya sampai sekarang, harganya terus naik sampai Juli, membuat Pertamina menderita kerugian. Pertamina mengalami defisit Rp 12 triliun," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/7).
Sudirman mengaku pemerintah akan berupaya agar Pertamina bisa menutup kerugian tersebut. Karena sebagai korporasi, Pertamina harus mendapatkan haknya untuk memperoleh keuntungan. Makanya, pemerintah tidak akan menurunkan harga BBM saat ini, walaupun harga minyak dunia saat ini sedang berada dibawah US$ 50 per barel.
Pemerintah belum tentu akan menurunkan harga BBM dalam beberapa bulan ke depan, meski harga minyak dunia kembali turun. Jika harga minyak masih turun, pemerintah mendorong Pertamina untuk menabung dari selisih untung yang didapat. Bekal tabungan ini bisa digunakan untuk menutup kerugian yang bisa saja terjadi nantinya, saat harga minyak kembali naik dan harga BBM tidak naik.
(Baca: Pemerintah Pastikan Hingga September, Harga BBM Tidak Naik)
Kerugian dari penjualan BBM ini juga diakui pihak Pertamina. Menurut Vice Presiden Corporate Communication Wianda Pusponegoro kerugian tersebut dialami sejak Maret. "Benar angkanya sekitar itu," ujar dia.