KATADATA – PT Pertamina (Persero) menyatakan hanya akan mengambil alih blok migas konvensional di Blok Sanga-Sanga yang kontraknya akan habis pada 2018. Perusahaan ini tidak berminat untuk mengelola migas non-konvensional, seperti gas metana batubara (coal bed methane/CBM) yang juga ada di wilayah tersebut.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan pihaknya telah menyatakan minat untuk mengambil alih Blok Sanga-Sanga dari Vico, kepada pemerintah. Namun, Pertamina hanya ingin mengelola blok migas konvensionalnya saja.
"Coal bed methane itu di atas Blok Sanga-Sanga itu PSC (kontrak bagi hasil) sendiri , terpisah dan expired (habis masa kontraknya) masih lama," kata dia di Jakarta, Jumat (24/7).
(Baca: Perusahaan Migas Non Konvensional Ancam Hengkang dari Indonesia)
Saat ini Pertamina memang belum menyatakan minatnya secara resmi kepada pemerintah. Menurut Syamsu, pihaknya ingin pemerintah terlebih dahulu mengizinkan Pertamina mengakses data Blok Sanga-Sanga, sebelum mengajukan proposal secara resmi. Data ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui berapa aset dan cadangan yang ada di Blok tersebut.
Dia menyebut Pertamina siap mengelola 100 persen kepemilikan Blok Sanga-Sanga. Dia memperkirakan nilai investasi yang harus dikeluarkan Pertamina di blok tersebut tidak lebih besar dari Blok Mahakam yang mencapai US$ 2,5 miliar. Namun, dia belum bisa memperkirakan angka pastinya, karena tidak memiliki data blok tersebut.
"Prosesnya kalau masuk blok migas, pertama kami evaluasi dahulu bagaimana asetnya dan nilainya berapa. Barulah kami mempunyai bayangan untuk mengajukan proposal," ujar dia.
(Baca: Minat Pertamina di Blok Sanga-Sanga Terganjal Akses Data)
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan sampai saat ini memang ada beberapa pihak yang tertarik dengan Blok tersebut. Selain Pertamina, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., Saka Energy juga menyatakan minatnya. Begitu juga operator yang masih berjalan saat ini, VICO yang juga berminat memperpanjang kontraknya.
Meski demikian, belum ada satu pun dari ketiga kontraktor ini yang mengajukan proposal kepada pemerintah. "Sesuai aturan kan dua tahun sebelum kontrak berakhir. Tapi kalau bisa lebih cepat lebih baik. Nanti disesuaikan siapa proposalnya yang menarik," ujar dia.
(Baca: Pemerintah Prioritaskan Pertamina Dapat Blok Sanga-Sanga)
Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM Widhyawan Prawiraatmadja menilai untuk Blok Sanga-Sanga memiliki kompleksitas tersendiri, karena tidak hanya terdapat sumber migas, melainkan gas metana batubara (coal bed methane/CBM), dan batubaranya. "Itu komplikasinya, karena enggak mungkin satu tempat ada operator yang berbeda. Ini yang harus dicari solusinya," ujar dia.
Blok Sanga-Sanga terletak di provinsi yang sama dengan Blok Mahakam, yakni Kalimantan Timur. Cadangan minyaknya masih ada 13.232 MSTB (thousand stock tank barrel) dan cadangan gasnya 448,96 miliar kaki kubik (BSCF). Sementara produksinya masih sebesar 16.733 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Kontrak Blok Sanga-Sanga akan berakhir 2018, yang saat ini masih dipegang oleh Vico sebagai operator. Adapun pemegang saham blok ini terdiri dari BP East Kalimantan sebesar 26,25 persen, Lasmo Sanga Sanga (26,25 persen), Virginia Indonesia Co LLC(7,5 persen), OPICOIL Houston Inc (20 persen), Universe Gas & Oil Company (4,37 persen), Virginia International Co LLC (15,63 persen).