Hadapi Pelemahan Rupiah, BI Minta Pemerintah Disiplin Jaga Fiskal

Dollar KATADATA | Arief Kamaludin
Kurs rupiah tercatat berada di posisi terendah sejak krisis 1998. Bank Indonesia meminta pemerintah disiplin menjaga fiskal.
16/12/2014, 10.07 WIB

Menurut Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs, selain faktor rencana kenaikan suku bunga the Fed, pelemahan rupiah juga didorong faktor internal. Pekan ini merupakan, periode terakhir pada tahun ini bagi kegiatan di dunia bisnis. Alhasil, banyak perusahaan yang membutuhkan mata uang dolar AS untuk membayar utang atau dividen.

?Memang ada beberapa perkembangan. Besok ada rapat FOMC (Federal Open Market Committee) yang cukup menentukan nilai tukar. Selain itu pekan ini, pekan terakhir untuk bisnis di akhir tahun,? katanya.

BI optimistis, pada Januari 2015 pergerakan nilai tukar rupiah akan kembali normal, tidak secepat saat ini. (Baca: Situasi Politik Ikut Memengaruhi Pelemahan Rupiah)

Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pelemahan kurs yang terjadi saat ini akibat kombinasi faktor global dan domestik. Faktor eksternal didorong oleh menguatnya kurs dolar AS seiring membaiknya perekonomian negara Paman Sam.

Apalagi, bank sentral the Federal Reserve pun berencana menaikkan suku bunga acuan. Hal ini dapat berpengaruh pada aliran modal keluar dari negara-negara emerging market.

Sementara di dalam negeri, pembayaran bunga utang serta dividen yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional menyebabkan permintaan dolar AS meningkat pada akhir tahun.  

?Pelemahan rupiah saat ini adalah kombinasi penguatan dolar secara global dan tingginya permintaan dolar AS domestik, untuk impor dan bayar bunga utang jelang liburan akhir tahun,? kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait