Inflasi November Di Atas Perkiraan BI

KATADATA/ Donang Wahyu
1/12/2014, 20.47 WIB

KATADATA ?  Bank Indonesia menilai besaran inflasi November sebesar 1,5 persen lebih tinggi dari perkirakaan awal Bank Sentral sebesar 1,3-1,4 persen. Namun besaran inflasi itu masih di kisaran proyeksi BI.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan faktor utama pendorong inflasi bulan lalu yaitu tarif angkutan dalam kota yang ikut melonjak akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Harus dicermati apa seluruh daerah sudah ada keputusan atau belum terkait tarif angkutan dalam kota," ujar Mirza di Jakarta, Senin (1/12).

Menurut dia, besaran inflasi pada Desember ini akan ditentukan oleh kontribusi kenaikan tarif angkutan yang masih belum diputuskan di beberapa daerah. "Biasanya ada second round effect juga di komoditi-komoditi lain. Tergantung tarif angkutan dalam kota," ujarnya.

Gubernur BI Agus Martowardojo menilai pengaruh kenaikan harga BBM terhadap inflasi akan terus berkontribusi selama tiga bulan ke depan. Puncak inflasi diperkirakan akan terasa pada Desember. "Setelah mencapai 2 - 2,5 persen pada Desember, Inflasi Januarai akan lebih rendah," ujarnya.

BI, lanjut Agus, telah menerapkan beberapa kebijakan untuk menjaga ekspektasi inflasi yang meningkat akibat kenaikan harga BBM. Seperti diketahui pasca kenaikan harga BBM, BI menaikkan suku bunga acuannya dari 7,5 persen menjadi 7,75 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran inflasi November mencapai 1,5 persen dengan kontribusi terbesar dari kenaikan harga BBM. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi yakni transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 4,29 persen. Kemudian bahan makanan sebesar 2,15 persen, disusul makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,71 persen. 

Reporter: Petrus Lelyemin