KATADATA ? Pasar menunggu lobi koalisi partai pengusung presiden terpilih Joko Widodo agar dapat menambah dukungan di parlemen. Pasar khawatir dengan kalahnya koalisi pendukung Jokowi dalam beberapa pengambilan keputusan di DPR, dapat mengganjal program presiden terpilih.
Kepala ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, pasar khawatir sentimen politik yang tinggi membuat koalisi merah putih yang mendominasi di parlemen akan menjegal setiap kebijakan Jokowi. "Meski kebijakan yang dikeluarkan baik, DPR akan tetap menentang," ujar Fauzi kepada Katadata, Jumat (3/10).
Menurutnya, pasar kemungkinan akan kembali memberikan respons positif atas pemerintahan Jokowi setelah pelantikan 20 Oktober nanti. Pada saat penyusunan kabinet, Jokowi bisa saja menawarkan jabatan menteri kepada partai lain untuk mendapatkan dukungan.
"Sehingga kuncinya adalah bisa atau tidak koalisi Jokowi memperbesar posisinya di DPR. Ini masih ada waktu untuk melakukan lobi politik," tuturnya.
Fauzi menambahkan, selama ini investor asing sudah telanjur menyamakan ekspektasi terhadap Jokowi dengan Perdana Menteri India Narendra Modi. Narendra didukung lebih dari 50 persen anggota DPR, sedangkan Jokowi hanya 37 persen anggota parlemen. (Baca: Kegagalan Koalisi Jokowi Bisa Turunkan Ekspektasi Publik)
Sentimen politik dalam negeri cukup berpengaruh bagi pergerakan indeks harga saham gabungan. Setelah pemilihan pimpinan DPR yang dimenangkan koalisi merah putih, IHSG jatuh 2,73 persen pada 2 Oktober 2014 menjadi 5.000,81 atau level terendah sejak 8 Juli 2014.
Pada hari itu, investor asing melepas Rp 1,48 triliun sahamnya di Indonesia. Net sales terbesar asing setelah 15 Agustus 2014 yang mencapai Rp 1,9 triliun. Data Bursa Efek Indonesia mencatat, selama delapan hari perdagangan, investor asing sudah melepas modalnya (net sales) dari Indonesia hingga Rp 6,3 triliun. (Baca: IHSG Jatuh karena Koalisi Jokowi Gagal Kuasai Parlemen)