Belum Ada Vaksin Covid-19, Chatib Basri: Memprediksi Ekonomi Sia-sia

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Muhammad Chatib Basri, Menteri Keuangan 2012- 2013 mengatakan sulit memproyeksikan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.
8/5/2020, 15.53 WIB

Maka dari itu, pemerintah hanya bisa membuat skenario dari kondisi saat ini. "Karena memang tidak ada yang tahu persis," kata dia.


Pemerintah sebelumnya telah menyusun skenario berat di tengah pandemi Covid-19. Dalam skenario ini, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan hanya menyentuh 2,3%.

Rinciannya, kuartal I tumbuh sebesar 4,7%, kuartal II sebesar 1,1%, kuartal III sebesar 1,3% dan kuartal IV 2020 tumbuh 2,4%. Berdasarkan skenario berat ini, stimulus fiskal membutuhkan pelebaran defisit hingga 5,07% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Selain skenario berat, pemerintah juga menyusun skenario terburuk di tengah pandemi corona. Dalam skenario terburuk, perekonomian diperkirakan akan negatif 0,4%.

(Baca: Pemerintah Buat Kajian Awal Pemulihan Ekonomi dari Corona Mulai 1 Juni)

Skenario terburuk pemerintah bisa terjadi jika pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat, menjadi 3,2% dalam skenario berat, hingga 1,6% dalam skenario sangat berat. Kemudian, pertumbuhan konsumsi pemerintah hanya tumbuh 6,83% atau 3,73% yang berpotensi meningkatkan defisit hingga 5,07%.

Hal ini diikuti dengan konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga turun 1,78% hingga 1,91%. Penyebab lainnya, yakni kinerja investasi yang kurang positif, hanya tumbuh 1% atau bahkan menurun 4%. Selanjutnya, ekspor menurun tajam 14% hingga 15,6%, serta impor turun 14,5% hingga 16,65%.

(Baca: Kadin Pantau Pengangguran Tembus 10 Juta Orang Imbas Pandemi Corona)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria