Kadin Pantau Pengangguran Tembus 10 Juta Orang Imbas Pandemi Corona
Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin menyatakan jumlah pengangguran akibat pandemi corona mencapai lebih dari 10 juta jiwa. Angka tersebut dihitung dari jumlah karyawan yang dirumahkan dan pemutusan hubungan kerja atau PHK di seluruh sektor industri dan UMKM.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan tingkat pengangguran tertinggi berasal dari industri teksil. Jumlah pengangguran sektor padat karya tekstil dan produk tekstil mencapai dua juta jiwa.
Selanjutnya, industri alas kaki sebanyak satu juta jiwa. Jumlah tersebut bakal terus bertambah jika pandemi corona tak kunjung selesai.
"Angka yang ada di Kementerian Tenaga Kerja itu baru sebagian dan tidak semua perusahaan melaporkan. Jadi angkanya agak sulit untuk diprediksi. Kalau termasuk UMKM, saya dapat kabar bisa sampai 10 juta," kata Shinta kepada katadata.co.id, Jumat (8/5).
(Baca: Memprediksi Lonjakan Jumlah Pengangguran RI Imbas Corona)
(Baca: Indonesia dalam Pusaran Gelombang Angka Kemiskinan Dunia)
Untuk mengatasi lonjakan pengangguran, menurut Shinta, pemerintah harus melakukan dua hal yakni menjaga permintaan dan mempertahankan ketersediaan pasokan. Oleh karena itu, pemerintah harus mengeluarkan insentif-insentif yang mampu mempertahankan daya beli masyarakat.
Di sisi lain, pemerintah harus menjamin ketersediaan bahan baku dan tidak menutup seluruh aktivitas produksi. Arus barang logistik juga harus dipastikan kelancarannya meskipun ada kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Paling tidak aktivitas produksi tak dihentikan seluruhnya. Kalau mereka masih bisa beroperasi dan punya pasar, kenapa tidak meneruskan aktivitas dengan protokol kesehatan?" kata dia.
Sebelumnya, Center for Indonesian Policy Studies atau CIPS memperkirakan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat hingga 8,5 juta jiwa pada tahun ini karena penyebaran Covid-19. Hal itu disebabkan upaya-upaya untuk menghentikan penularan virus corona membuat pertumbuhan ekonomi melambat.
Peneliti CIPS Felippa Ann Amanta menjelaskan bahwa ekonomi Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,1% atau bahkan tumbuh 0% karena pandemi corona. Hal itu berakibat penambahan tingkat kemiskinan antara 9,7 - 12,4% atau setara 1,3 juta jiwa hingga 8,5 juta jiwa.
"Ini karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK), karyawan dirumahkan, dan sebagainya," kata Felippa pada sebuah acara diskusi daring di Jakarta, Rabu (6/5).
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi, lanjut Felippa, pemerintah perlu mengintensifkan kinerja perdagangan internasional. Sejarah mencatat, negara-negara yang memperkuat perdagangan internasional memiliki produktivitas dan ketahanan ekonomi yang lebih baik. Sedangkan negara yang menutup diri dari perdagangan internasional akan sangat kesulitan untuk bangkit dari krisis ekonomi.
(Baca: Sebanyak 12 Juta Orang Indonesia Berpotensi Jatuh Miskin akibat Corona)