BI Tahan Bunga Acuan 4,5% demi Jaga Rupiah di Tengah Gejolak Corona

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Ilustrasi. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih rendah dari proyeksi semula.
19/5/2020, 14.36 WIB

Sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini hanya mencapai 2,97 %, jauh di bawah proyeksi BI dan pemerintah sebelumnya di kisaran 4%.

BI sebelumnya telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun ini masing-masing 25 bps pada Februari dan Maret 2020. Selain menurunkan bunga, BI telah menginjeksi likuiditas ke perbankan melalui kebijiakan quantitative easing mencapai Rp 583,5 triliun. 

(Baca: BI Pilih Pelonggaran Kuantitatif, DPR Dorong Cetak Uang, Apa Bedanya?)

Injeksi likuiditas, antara lain dilakukan melalui pembelian SBN  sekunder, fasilitas term repo ke perbankan, penurunan GWM rupiah,  BI pun akan memastikan kecukupan likuiditas dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional dan restrukturisasi kredit perbankan. 

BI memperkirakan ekonomi global tercatat negatif 2,2% pada tahun ini, tetapi akan membaik tahun depan dan diproyeksi tumbuh 5,2%. Sementara ekonomi domestik diperkirakan akan menurun, lebih rendah dari proyeksi semula, tetapi diperkirakan tumbuh lebih baik pada 2021.

Stabilitas sistem keuangan terjaga meski terdapat potensi dampak pandemi virus corona tetap harus diwaspadai. Perry menyebut, rasio kecukupan modal bank terjaga pada Maret di kisaran 21,63%, rasio kredit bermasalah tetap rendah 2,77% secara gross dan 1,02 persen secara netto. 

Halaman: